Viva Rafa Viva Rafa Viva Rafa Kukuh juga jagoan saya yang satu ini menjadi orang nomor satu di jagat pertenisan internasional. Asutralia terbuka yang baru saja selesai kemarin menjadi ajang pembuktian si kidal tampan ini. Tidak tanggung-tanggung Roger Federer dibuat menangis setelah pertandingan yang diselesaikan dalam waktu lebih dari empat jam. Ohhh,,,Rafael Nadal memang membuktikan kemampuannya. Walaupun, sehari sebelumnya ia harus bertanding lebih dari lima jam memlawan Verdasco, dia bisa tampil fit melawan Federer yang berambisi mendapatkan gelar Grand Slam ke-14-nya (huh,,ingin menyamakan rekor Pete Sampras dia). Federer haru,,, Diusapnya air mata yang jatuh ke pipinya, tak kuat sepertinya dia melihat Rafa menjunjung tinggi-tinggi trofi kampiun Australia Terbukua. Sungguh,,,sungguh Rafa sebuah pembuktian yang sangat brilian. Selama ini, setelah banyak orang yang masih menyangsikan kemampuan mu bertenis. Masih banyak yang menganggap Federer lebih baik dari mu. Oh,,,pembuktian

Lethologica: is psychological disorder that inhibits an individual’s ability to articulate his or her thoughts temporarily forgetting key words , phrases or names in conversation. Apalah arti Letto? Si pemilik nama pun mengakui bahwa tidak arti yang pasti untuk nama itu. Arti nama itu adalah LETTO atau nama itu sendiri. Sabrang, Patub, Dhedot, dan Ari lah LETTO. Mereka berempat sedang membuat arti untuk nama yang mereka ciptakan itu. Mereka berusaha memberikan arti untuk nama yang mereka buat. Bagaimana? Dengan bermusik. Musik yang mereka gubah sendiri. Musik yang berasal dari pengalaman mereka sendiri. Musik yang tercipta dari pengetahuan mereka sendiri. Tiga album sudah mereka lahirkan. Pertama, Truth, Cry & Lie, hits pertama mereka adalah Sampai Nanti Sampai Mati. Sebuah lagu yang memaksa setiap orang untuk berjuang. Tanpa pantang menyerah, sampai nyawa yang diberikan Tuhan diambil kembali. Boleh dikatakan kekuatan grup musik dari Kota Gudeg ini berada pada kematangan lirikn