Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2010

endonesia

akhir-akhir ini saya sering berkomunikasi lewat telepon saat menghubungi narasumber. awalnya ingin wawancara via telepon (karena beliau tinggal di tempat yang sangat jauh, jadi kalau lewat telepon lebih murah dan hemat), tetapi kalau si beliau sedang sibuk saya pun meminta izin untuk mengirimkan pertanyaan lewat e-mail. kalau si beliau setuju pasti akan diberikan, biasanya beliau mengirimkan alamat e-mailnya kepada saya. bisa juga dia sebutkan langsung lewat jaringan telepon itu. kalau sudah begini saya yang agak ribet, soalnya alamat e-mail itu kan sensitif sekali dengan karakter, kalau saya salah tulis nanti e-mailnya tidak akan sampai. contoh kasus (pengandaian saja), saya hendak mewawancarai narasumber yang berasal bersuku Sunda yang berbahasa ibu Sunda. akan rumit kalau dia menyebutkan "p" dan saya menuliskannya "p" juga. paham? jadi, begini, kita pahamlah terkadang orang Sunda itu sulit dimengerti kalau sudah ngomong "p", "f", dan &quo

terima kasih

sesampainya di rumah kemarin malam, saya melihat seonggok amplop coklat berlabelkan sebuah organisasi lingkungan internasional. sambil menghela napas panjang saya berpikir, "hm,,pasti majalah lagi." tetapi, bungkusan itu sedikit berbeda dengan sebelumnya, kali in i bentuknya ramping tipis tidak seperti sebelumnya yang agak lebar dan tebal. saya buka. ada tulisan "terima kasih". "untuk apa?" tanya benak saya. saya buka lagi, ternyata kali ini bukan majalh yang dikirimkan. hanya sepucuk surat ucapan terima kasih, sticker, dan selembar brosur. ucapan terima kasih itu tertulis di lembaran surat yang saya terima, saya baca. singkatnya surat yang bertanda tangan pimpinan regional Asia Tenggara itu mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan yang saya (di surat disebut donatur) berikan untuk kelancaran organisasi itu. dia bilang kalau sumbangan saya sungguh membantu penyelamatan lingkungan. di ujung surat saya lihat jumlah donasi selama setahun. tidak terlalu ba

viewing history

seumur hidup saya menjadi manusia yang senang curhat. saya menjadi paham akan diri sendiri. saya curhat untuk dua alasan, untuk didengar dan untuk pura-pura didengar. inti dari curhat adalah mengeluarkan unek-unek. paling enak kalau sedang curhat itu didengarkan, terasa diperhatikan. terus, si pendengar terkadang memberikan masukan dan komentar penyemangat sekaligus penenang. tetapi, di kesempatan lain terkadang saya hanya ingin didengar. saya tidak mau mendengar komentar si pendengar. saya hanya ingin didengar. bukannya bertindak tidak sopan, hanya saya tidak mau mendengar apa-apa walaupun itu benar. oleh karena itu, saat melihat sederetan muka di viewing history saya agak sedih dan senang. sedih karena saat blog berisi curhatan ternyata tidak ada yang berkomentar, dan senang saat tidak ada komentar di blog yang memang tidak ingin dikomentari. .: di kantor dan mengantuk :.

silent

"kenapa bisa lo yang kepilih?" kalimat di atas diajukan oleh seorang teman sewaktu saya menumpahkan unek-unek. kalau diinget-inget lagi, saya , kok, mengartikan kalimat itu ambigu. pertanyaan itu antara mergaukan kemampuan saya atau menantang saya untuk lebih percaya diri. mama saat saya ceritakan apa yang dikatakan teman itu berkata, "makanya kamu jangan cerita apa-apa ke siapa-siapa. tidak semua orang mau dengar dengan apa yang kamu ceritakan, dan belum tentu juga mereka mau ikut senang atau sedih dengan apa yang kamu rasakan". mendengar itu saya marah pada mama. "tidak semua orang seperti itu, siapa tau dia tidak seperti yang mama katakan," teriak saya dalam hati. ada yang pernah bilang jangan membuat keputusan saat sedih dan jangan membuat janji saat senang. nampaknya perkataan itu ada benarnya. sekarang saat saya sedang tidak emosi saya bisa berpikir agak jernih. saya turuti apa yang mama bilang. tidak bercerita apa-apa kepada siapa-siapa. simpan saja

hanya Nurfiyasari

whatever it takes

Medio 2007, di sebuah ruang kelas Peter: what do u want in life? Vinna: i want to make my parents happy. i'll do everything. Peter: Don't Me: Why? even i'll do everything to make my parents happy. Peter: Then, don't say u'll do everything. say. u'll do whatever it takes. Vinna & Me: wat do u mean, Pete? (mouthing) Peter: don't do everything. just, do what u need to do.

dulu dan sekarang

masa sekitar 2007 saya: gw baru mau nikah kalo si cowok udah punya penghasilan sekian, eh,,tapi gw kerja juga buat tambahan. dan, dia harus bisa ngeyakinin gw kalo bisa ngidupin gw dan mungkin anak-anak kami untuk sepuluh tahun yang akan datang! biar aman hidup gw. kalo udah begini, sekolah dan biaya sakit anak setidaknya ga bikin pusing. ditto: yakin? saya: super duper yakin! ini penting. ditto: untung kita cuma teman. apa yang bisa ditangkap dari pembicaraan di atas? ditto menganggap apa yang saya sampaikan itu mengada-ada. dan, seyumannya saat itu kalau saya artikan secara bebas memiliki arti "ribet banget, sih, sampe segitunya!" februari 2010 anna: pahami kebudayaan suami, dan pahami betul dirinya mulai dari pribadi, keluarga dan pekerjaan saya : hmmm,,, anna: ada yang pernah curhat ke saya dia menikah dengan orang Amerika dan sudah dikaruniai anak. namun, visa dari kedutaan Amerika tidak kunjung turun, dia tidak bisa ikut suami menetap di sana. mengapa? setelah diusut

mix

dapet tugas bikin tulisan soal mix married.tadinya niat cari tahu susah atau enggak nikah beda negara.cari-cari..akhirnya ikut bergabunglah di grup yang berisikan para pelaku kawin campur. sepertinya isi komu nitas tersebut tuh ibu-ibu semua dan semuanya berasal dari Indonesia. berdiskusilah saya dengan mereka soal nikah beda negara. seru, denger pengalaman mereka dan sangat antusias. mereka menikah dengan Turki, Jerman, Italia, US, Australia, dll. kebanyakan sih ceritanya mereka tidak kesulitan melakukan pernikahan di luar negeri (di negara suami). yang lucunya, ada yang mau menikah di Indonesia justru disarankan oleh pihak KUA tempat si wanita tinggal untuk menikah di negara asal suami, "Lebih kuat status hukumnya," kata si petugas KUA. menarik. selesai diskusi saya pun buka topic-topik lain yang ada di komunitas tersebut. saya menemunkan satu topik yang bikin ketawa. mulut usil. si pemilik mulut-mulut usil adalah si tetangga tempat si wanita tinggal. *mereka bilang saya pe