Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

lousy luck

I am a competitive person. But, never been so happy to be the last ranked. Published with Blogger-droid v2.0.4

Cambodia: (Almost) Fling

“No final kiss to seal anything...” Setiap saya mendengar sebait lirik lagu yang dinyanyikan si Ratu Galau Dunia Adele di atas, rasanya ingin garuk-garuk tembok. Kenapa? Karena sepertinya lirik itu sengaja mengingatkan diri ini akan kebodohan yang SEHARUSNYA tidak pernah terjadi. Masih ingat saat saya dan Pipit merencanakan perjalanan ini, kami punya tujuan masing-masing. Bagi Pipit perjalanan kali ini merupakan komitmen dari niat yang pernah terucap sekaligus ajang pelepasan kegundahan hati akibat masalah hati yang kurang baik. Kalau saya sendiri apa ya? Hanya ingin pergi saja sepertinya. Tetapi, saya pernah berujar ke Pipit “pokoknya perjalanan kali ini harus punya kenalan baru dan saya harus punya  vacation fling!  Harus! ” Niat itu memang pembuka segalanya. Momen mendapatkan  fling  pun hampir terjadi di Siem Reap, Kamboja. Setelah keliling-keliling kompleks Angkor Wat bersama Pipit dan Maarten yang saya inginkan adalah mandi air dingin yang paripurna. 15 menit sa

Kamboja: Sempurna!

Menghabiskan separuh hari di dalam bis ada untungnya juga, menyimpan tenaga untuk perjalanan berikutnya. Selain itu, ada bonus juga dua pria tampan yang duduk persis di depan kursi saya dan Pipit. Penyegaran mata penting saudara-saudara. Saya sering curi-curi pandang ke depan kalau si dua pria tampan itu bercengkrama. Kesenangan saya padam saat Pipit dengan seenak jidatnya bilang, “mereka gay, Fi!” Saya suka bingung sama Pipit, kenapa suka kasih info seperti itu di saat saya belum klimaks. Meskipun asumsi Pipit belum tentu benar, saya jadi jengah setiap melihat si dua pria itu ketawa-ketawa. Sayapun jadi malas untuk memulai pembicaraan dengan salah satu pria yang memiliki mata indah itu. Tidak ada senyum manis andalan yang saya berikan pada si mata indah ketika berpapasan di wastafel restoran tempat kami menyantap makan malam. Sekitar pukul delapan malam, Mekong Express berhenti di pemberhentian terakhirnya, Terminal Bus Siem Reap. Setelah bus benar-benar berhenti, saya celin

Kamboja: Mencari Jawaban

Pipit dan saya harus berlari-lari menuju bus yang hendak tancap gas. Kami terlambat sekitar 4 menit dari jadwal keberangkatan Mekong Bus Express yang akan membawa kami ke Siem Reap, Kamboja. Meski sempat dapat tatapan “kemana aja, Neng?” dari si petugas kami berhasil duduk manis di kursi 6A dan 6B. Bus berangkat pukul 7 pagi waktu HCMC dan diperkirakan butuh waktu 12 jam perjalanan untuk sampai Siem Reap. Kami membayar 22 USD per orang untuk memakai jasa Mekong Express. Sebenarnya ada yang lebih murah, sekitar 18 USD, tetapi berdasarkan wejangan  dari Peter, pria yang menginap di Long Guesthouse, lebih baik memakai Mekong Express karena lebih terjamin dan mereka cukup membantu saat melewati perbatasan. Apa yang dibilang Peter terbukti, kondektur bus cukup membantu kami saat memasuki perbatasan. Bahkan, dia juga membantu sepasang warga Ukraina mendapatkan visa turis. Naik Mekong Express itu seperti ikut tur. Bila kami baru memasuki provinsi baru, si kondektur pasti akan membe