Skip to main content

Balada Si Tokek


Hari itu tertanggal 19 Agustus 2007 waktu menunjukkan pukul tujuh malam lebih beberapa menit. Ketenangan malam itu agak sedikit terganggu. Apa sebab? Salah seorang penghuni kamar tengah, sebut saja si Rambut Panjang Gigi Gingsul, mengaku menemukan seekor binatang yang ia yakini sebagai seekor tokek bersembunyi di belakang lemari pakaiannya.

Sontak ia memberitahukan teman-teman yang lain. Ia meminta teman lelaki kami untuk menangkap si tokek tersebut. Si Rambut Panjang Gigi Gingsul khawatir bila tidak lekas ditangkap, tokek tersebut akan mengganggu tidurnya dan siapa-siapa saja yang tidur di kamar tengah tersebut. Sebenarnya teman lelaki kami ada beberapa orang, namun demi “efisiensi” ruangan (luas kamar tengah tidak seberapa, bila semua teman lelaki masuk pasti akan membuat ruangan tersebut sesak) akhirnya tiga orang teman lelaki berusaha menangkap si binatang itu.

Mereka adalah si Lelaki yang Tak Fasih Hhuruf R, si Lelaki yang Sudah Mas-mas, dan si Lelaki yang Mirip Bintang Sinetron. Mereka berjibaku. Mereka berusaha. Mereka mencari cara agar si tokek mau ditangkap (baca:menyerahkan diri). Hal pertama yang mereka lakukan adalah menyiapkan peralatan tempur: kantung plastik untuk menaruh binatang tersebut bila tertangkap dan beberapa batang sapu untuk menakut-nakuti binatang berkaki empat tersebut. Mereka pun mengatur posisi lemari pakaian agar memudahkan kerja mereka.

Kalau saya boleh jujur sebenarnya yang lebih banyak bekerja adalah si Lelaki yang Mirip Bintang Sinetron saja. Agar lebih jelas saya gambarkan saja suasana di dalam kamar tengah tersebut; dalam kejadian tersebut saya berada di divisi dokumentasi. Setiap gerakan yang ada di kamar tersebut saya rekam, kalaupun tidak semuanya terekam harap maklum. Saya hanya manusia biasa.

Si Lelaki yang Sudah Mas-mas dan si Lelaki yang Tak Fasih Huruf R awalnya menunjukkan keberaniannya, namun diakhir-akhir perjuangan mereka hanya memberikan saran pada si Lelaki yang Mirip Bintang Sinetron. “Begini saja,” atau “Begitu saja,” itulah kata-kata yang sering dilontarkan oleh mereka selama di dalam kamar tengah tersebut.

Saking banyaknya saran dari dua teman lelakinya, si Lelaki yang Mirip Bintang Sinetron itu berteriak “Sudah jangan ribut, saya tegang jadinya.” Setelah ia berteriak dua teman lelakinya dan saya pun mengurangi hasrat untuk memberikan saran. Perjuangan hampir tuntas, si tokek sudah berada di dalam jangkauan Lelaki yang Mirip Bintang Sinetron tersebut. Sayangnya ia terlalu gugup untuk menangkap binatang kaki empat tersebut, walhasil binatang itu kembali lolos. Saya dan teman lelaki yang lain menyemangati lelaki yang mirip bintang sinetron tersebut. “SEMANGAT,” teriak kami.

Sebelum sampai ke perkara penangkapan binatang itu, saya akan gambarkan lagi sedikit suasana di dalam kamar tengah tersebut. Selain saya dan tiga teman lelaki saya, sebenarnya masih ada beberapa orang lain yang turut menyaksikan perburuan tokek malam itu, mereka teman-teman kami juga. Di dalam kamar tengah ada si Perempuan Rambut Panjang Gigi Gingsul dan Perempuan Kecil Berjilbab. Tak banyak yang mereka lakukan selain berteriak ketakutan. Di luar kamar tengah beberapa teman pun menonton aksi kami di dalam. Tidak tampak muka takut, mulut mereka mengembangkan senyum yang lebar. Entah mengapa mereka tersenyum, mungkin mereka menganggap gegap gempita kamar tengah sebuah pertunjukkan yang menarik. Terserah merekalah.

Tim penangkap tokek berjuang hampir selama lima belas menit. Peluh bercucuran, adrenalin meningkat, jantung berdetak cepat, itulah yang mereka rasakan. Semuanya kembali normal setelah si tokek berhasil ditangkap dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang sudah disiapkan sebelumnya.

Setelah tokek tersebut sudah aman didalam kantung plastik, tim penangkap tokek beradu argumen tentang eksekusi akhir penangkapan tersebut. Mereka meributkan akan diapakan hewan tersebut. Bila dibuang, kemanakah? Bila tidak dibuang, siapa yang akan memeliharanya? Banyak saran yang keluar. Namun ada satu yang paling gila (saran dari si Lelaki yang Tak Fasih Huruf R), “dibakar saja.” Ide gila macam apa itu. Saya tercengang mendengarnya.

Saya tidak mengetahui apa keputusan tim penangkap tokek terhadap nasib akhir tokek tersebut. Saya mempunyai masalah lain yang harus saya pikirkan, file dokumentasi saya terhapus. Entah setan apa yang lewat saat itu, sampai-sampai saya terlena oleh bisikannya untuk menghapus file tersebut. Sial.

Akhirnya malam 19 Agustus 2007 kembali tenang seperti sedia kala sebelum kehebohan datangnya si tokek. Kami kembali berkutat dengan kesibukan masing-masing. Namun di sela-sela kesibukan itu masih ada sunggingan senyum kecil ditiap muka teman-teman saya. Tampaknya mereka senang si tokek telah pergi.

-Inspired by a little moment during KKN in Taringgul Tonggoh-

Comments

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.