­
Skip to main content

Friends To Talk With A Hand To Hold


Percaya gak kalo sebenarnya kita bisa “tercipta” gak hanya karena kerja sama ibu dan bapak? Gw percaya...masalahnya kita sekarang tuh hidup gak sekaku zaman dulu. Sekarang kita bisanentuin kita mau gimana dan bergaul dengan siapa. Kalo dulu seh orang tua kita masih mengikat kita dengan kuat.

Nah, maka dari itu sekarang gw percaya banget kalo gw tuh bisa “ada” karena kedua orang tua gw, adik-adik gw dan juga temen-temen gw.

Mereka-mereka di atas inilah yang jadi contohnya. Tanpa mereka sadari, mereka dah “membentuk” gw. Terutama pribadi gw. Mungkin saat kami main bareng, yang ada di dalam kepala kami hanya bersenang-senang, tak disadari oleh mereka kalo hura-hura kami saat itu membuat saya berpikir. Karena saya berpikir maka saya ada.

Sebenarnya tidak hanya mereka yang membuat keberadaan saya ada, teman-teman yang lain juga turut membantu saya mencari bentuk diri saya. Tingkah polah mereka (ups and downs) membuat saya menentukan mau ke mana saya berjalan, jalan mana yang harus tempuh agar tujuan saya tercapai.

Hihihi...makasih yah teman. Kalian telah membantu saya untuk menjaga keberadaan diri ini.

Kalo pengen tau tentang diri seseorang kita mesti tau dengan siapa orang itu bergaul dan bagaimana ia bergaul...

Once again, thank you all Folks!

Comments

  1. iya fi, keluarga emg membentuk gw..tp
    hny sampai umur gw 13 taun. sisany, friends did it..
    gw sring merewind, fastforward, ampe akhirny rewind lg momen" qt pas kkn..yg bikin gw mikir lg,
    they really" do shape me.
    i'm thanking God i've met u all,
    for d best and worst times,
    krn tanpa itu semua gw bukan apa".
    makasi yah fi.. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

thank you for reading and feel free to comment :)

Popular posts from this blog

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m...

El Orfanato

Category: Movies Genre: Horror you can not forget your childhood. terlebih bila masa kanak-kanak itu dihabiskan teman-teman sebaya. meskipun tidak punya ayah ibu, tetap saja senang bermain dengan teman. itulah yang terjadi pada Laura (Belén Rueda) yang membeli panti asuhan tempat dulu dirinya tinggal sebelum diadopsi. bersama suaminya, Carlos (Fernando Cayo), dan anak adopsi mereka, Simon (Roger Princep), Laura menempati rumah barunya. Ia dan suaminya berniat mengasuh beberapa anak handicap di rumah tersebut (teman-teman panti asuhan Laura dulu handicap juga). namun, masalah muncul saat Simon memiliki teman khayalan. awalnya Laura dan Carlos tidak terusik, tetapi lama kelamaan kelakuan Simon membuat kedua orang tuanya gusar. hingga suatu hari Simon menghilang tanpa jejak. satu hal yang diingat Laura sebelum kehilangan anak semata wayangnya adalah Simon ingin bermain ke rumah Thomas, la casita de Thomas. yang menjadi masalah adalah apakah Thomas nyata atau tidak. semua usaha telah ...

Kamboja: Wake Up Call!

Sekuat tenaga saya mengerjapkan mata. Masih dini hari, hampir pukul dua malam. Pipit dan saya sudah siap menunggu jemputan bus malam, siap menuju tujuan perjalanan berikutnya, Phuket, Thailand. Saya masih beradaptasi dengan cuaca Siem Reap pagi itu yang sangat ekstrem gerahnya. Saya juga masih menenangkan diri akibat kebodohan beberapa jam sebelumnya, melewatkan waktu lebih panjang bersama Jes. Ohhh... my! Tuk tuk jemputan datang, mengantarkan kami ke tempat berkumpul untuk kembali menunggu bus ke perbatasan Poi Pet datang. Kami dengan mata masih mengerjap duduk di sebuah sudut. Rasa kantuk membuat kami malas berbasa-basi dengan calon penumpang lainnya, seorang pria bule dan dua perempuan Jepang. Dalam diam, kami terus menunggu. Tiba-tiba dia datang. Wanita muda mungil. Tanpa diberi tahu, saya yakin dia orang Jepang, mata dan kulitnya penunjuknya. Berbeda dengan kami, wajahnya cerah dan dengan ramah menyapa kami. Dia yang bernama Eri sibuk berbicara dengan Pipit, sementar...