Skip to main content

menjadi manusia sederhana

Setelah sekian lama masa pencarian, akhirnya saya menemukan film yang menurut majalah film langganan saya termasuk film yang menarik. Saya mengenal film ini sejak 2004, tetapi film ini merupakan karya David Lynch beberapa puluh tahun lalu. Terusa terang saya tidak tahu siapa pemain dalam film ini. Namun siapa sangka, siapa duga ternyata pemeran untama di film ini adalah Anthony Hopkins, sang Hannibal Lecter.
Film (katanya) menarik ini adalah The Elephant Man. Dikisahkan dalam film ini Hopkins berperan sebagai seorang dokter yang berusaha menjadikan pemuda “gajah”, John Merrick. Si pemuda memiliki kelainan. Bagaimana tidak, ia adalah separuh manusia dan gajah. Sang ibu pernah diperlakukan senonoh oleh seekor gajah jantan, hingga beberapa bulan kemudian lahirlah Merrick. Dapat dipastikan ia ditelantarkan oleh orang tuanya. Merrick pun tumbuh menjadi seorang manusia pertunjukkan. Majikannya Bytes sangat kasar dan mata duitan. Tiada hari tanpa pukulan bagi Merrick.
Merrick tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi manusia. Seumur hidupnya ia lebih mengenal bahwa dirinya adalah seorang (atau seekor gajah). Perlakuan kasar Bytes menambah keyakinan Merrick bahwa dirinya adalah seekor gajah. Terkadang ia pun meyakininya adalah monster (penontonnya yang memanggil ia demikian). Pertemuan Merrick dengan Treeves (Hopkins) membuatnya sedikit demi sedikit lebih manusia.
Terlepas dari tampangnya yang menyeramkan, Merrick memiliki perasaan yang halus. Kehidupan yang diberikan oleh Treeves jauh lebih baik dari kehidupan pertunjukkan yang diberikan Bytes. Sisi manusia Merrick makin tersentuh. Ia kini memiliki teman yang bisa diajak berbicara, sebuah tempat yang bisa ia sebut rumah, dan juga foto ibunya yang (menurutnya) serupa malaikat.
Kehidupan Merrick yang selalu dihiasi pukulan Bytes selama ia menjadi manusia pertunjukkan tidak menghapus sisi halusnya. Merrick tetap seorang manusia yang menginginkan untuk tetap berinteraksi dengan makhluk di sekelilingnya.
Kehidupan barunya di bawah pengawasan Rumah Sakit London memberikannya apa yang telah lama tidak ia miliki. Bak seorang anak kecil Merrick sangat senang saat mengetahui perawat-perawat di rumah sakit tersebut mau berteman dengannya.
Kejutan datang dari seorang aktris, Kendal, karena rasa ingin tahunya yang cukup besar akan Merric, ia pun mengunjungi pemuda gajah ini. Kunjungan sang aktris menyebabkan si pemuda makin terkenal dan makin “bertambah teman”.
Teman memang tidak semuanya baik, buktinya Merrick yang menganggap penjaga rumah sakit sebagai temannya malah “dipakai” untuk kepentingan si penjaga semata. Muka “monster” Merrick dijual. Keuntungan hanya didapat oleh penjaga rumah sakit.
There’s a little man inside of a man. Benar saja. Walau, Merrick telah berusia 21 tahun jiwa kekanakannya tetap ada. Ia sering merasa bahagia tak tertahankan hanya karena sebuah kunjungan dari orang yang tak dikenalnya. Atau mungkin ia akan mudah terharu bila ada yang menangis di sebelahnya. Ia tidak ingin orang lain merasakan kesusahan.
Hidup Merrick sangat sederhana, ia tidak menginginkan suatu hal secara berlebihan. Ia hanya ingin mempunyai teman yang selalu ada di sampingnya. Menurutnya memiliki teman yang ada di sampingnya akan lebih memanusiakan dirinya.
Ada hal lain yang bisa membuat dirinya menjadi seorang manusia seutuhnya, ia berkeinginan untuk tidur terlentang seperti manusia normal. Selama hidupnya ia tidur dengan posisi duduk dan menaruh kepalanya di atas kedua lututnya. Ia tidak pernah tidur terlentang karena kepalanya yang terlalu besar, dikhawatirkan bila ia tidur terlentang lehernya yang kecil tidak kuat menopang kepalanya.
Sungguh menjadi manusia tidaklah diperlukan hal-hal luar biasa untuk menikmati hidup. Hanya dengan mempunyai beberapa teman dan bisa tertidur terlentang kita telah menjadi manusia yang dianggap sempurna oleh John Merrick, the elephant man.

Comments

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.