H-7 : Efi menyanyakan perihal kesiapan materi tulisan pada Pipit. “Sudah selesaikah?” tanyanya. “Ada sedikit masalah, kalau gw ceritain nanti lo tambah pusing lagi,” jawab Pipit. Kebetulan saat itu efi merasa kepalanya sangat pusing. “Ya sudahlah kalu begitu, kalau ada apa-apa, kabarin gw yak!” ujar Efi. “Okay,” jawab Pipit singkat.
H-6 : Efi dan Ceu-ceu mencari percetakan yang agak murah untuk mencetak diurna. Setelah berpusing-pusing yang cukup memusingkan akhirnya mereka menetapkan pilihan pada sebuah percetakan. Harga yang lebih murah Rp. 5 ribu membuat mereka makin membulatkan tekad.
H-5 : Efi menanyakan pada Pipit apakah ada masalah dengan materi tulisan. “Ada beberapa yang belum masuk nih, besok sepertinya kelar,” jelas Pipit.
H-4 : Pipit menyakan pendapat Efi, “sebaiknya ukuran tulisan 9 atau 8.5?” tanyanya. Efi memilih ukuran 8.5, namun Pipit memberikan contoh perbedaan dua ukuran tersebut. Akhirnya mereka menetapkan ukuran 8.5 sebagai ukuran besar tulisan mereka.
H-3 : Efi menghubungi Margrit, “Grit, jam 3 gw anterin materi diurna. Siap-siap lembur nge- lay out yak!” ujar Efi. “Baiklah,” timpal Margrit.
H-2 : Efi, Ceu-ceu, dan Pipit meyambangi kamar Margrit. “Bagaimana?” ujar mereka bertiga kompak. “Sip, tapi ada beberapa tulisan yang kepanjangan,” papar Margrit. Akhirnya Pipit pun melihat materi tulisannya lagi, ada sebagian yang ia perbaiki. Efi hanya memperhatikan kelakuan dua temannya itu. Ia sibuk mengutak-atik permainan kayu milik Margrit yang baru dibelinya di Yogyakarta. Sedangkan Ceu-ceu sibuk berhubungan dengan pengiklan. Suasana kamar makin kurang nyaman saat waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Efi sudah mencari posisi nyaman di atas tempat tidur, Pipit menggantikan posisi Efi dengan mainan kayunya. Sedangkan Ceu-ceu masih termangu melihat Margrit mendesain diurna.
H-1 : “Grit, lo santai aja dah nge-lay out-nya. Lo maksimalin aja dah apa yang ada di depan lo. Usahain yang terbaik dah,” kata Efi. Ia berkata demikian karena bila diurutkan berdasarkan rencana seharusnya saat ini desain diurna telah selesai dan akan segera dibawa ke percetakan oleh Ceu-ceu. Namun, masalahnya seorang teman yang harus menemani Ceu-ceu urung menemaninya, ada urusan lain alasannya. Walhasil, waktu percetakan diundur, lagipula saat itu hari libur. Percetakaan saat itu tutup.
H : Ceu-ceu dan Army mengantarkan desain diurna ke percetakan. Butuh waktu yang panjang supaya mereka sampai di tempat tujuan. Hal ini diakibatkan Ceu-dan Army yang beragumen tentang jalan yang seharusnya mereka ambil, akibatnya mereka tersasar. Untungnya mereka bisa menemukan jalan yang benar dan sampailah mereka ke percetakan.
H+1 : diurna sudah selesai dicetak. Setelah banyak kejadian dialami akhirnya diurna sudah siap didistribusikan. Sayangnya, Army tidak bisa mengantarkan diurna hari ini. Ia mempunyai urusan dengan ibunya yang tidak bisa ditunda. Menunggulah akhirnya semua kru diurna di Jatinangor. Army mengabarkan pada Efi ada beberapa kesalahan dalam percetakan, tidak digambarkan secara kesalahan macam apa olehnya, ukuran kertas pun tidak sama antara bagian dalam dan muka. Efi dan Ceu-ceu yang mendapat kabar ini segera mengernyitkan kening. Kalau ada yang mempunyai pendengaran ultrasonik, ia akan mendengar kalimat, “waduh, bagaimana ini. Separah apa yah cetakannya. Wah, enggak enak nih sama pelanggan. Gawat dah,” dari kepala Efi dan Ceu-ceu. Kekhawatiran itu terus berputar-putar di kepala mereka berdua. Kepastian belum ada. Harap-harap cemas mereka menunggu si putri pagi memunculkan mukanya keesokan pagi.
H+2 : Army agak lama sampai di kosan Ceu-ceu. Kami sudah menunggunya. Akhirnya setelah penantian yang mendebarkan, akhirnya ia datang. Ternyata kabar yang diberikannya agak kurang menyenangkan. Tetapi, setelah diperhatikan, kabarnya tak selamanya buruk. Kami pun melipatnya,,,kami pun berlelahan mengangkat diurna yang beratus-ratus lembar itu. Kami mendatangi tempat penjilidan, kami bemaksud menyatukan setiap eksemplar diurna menjadi satu kesatuan. tetapi, kami tidak bisa langsung membawanya pulamg. kami harus bersabar menunggunya beberapa jam. tak, apalah yang penting kami mendapatkan hasil seoperti yang kami inginkan....ah,,,diurna terbit. nampaknya kejadian seperti ini akan selalu terulang disetiap penerbitan. Rasa pahit yang akan datang pada tiap penerbitan akan selalu ku kenang. Makna dibaliknya membuatku makin hidup. SEMANGAT!!!1
waaa...
ReplyDeletefi seumur hidup, lo nggak akan pernah lupa kalo lo pernah jadi petinggi diurna..
haha..
setiap kali mu terbit pasti deg-degan, capek, or everythinglah yang lo rasain gw jamin nggak akan lo lupa dah..
pasti beberapa waktu yang akan datang lo akan mengenangnya..
ya mu manis mu pait teteup aja kenangan.
yups, lo akan terus hidup dengan kenangan itu
hihi
syelamet mengenang-ngenang yak...
^o^