Sudah lama aku tidak melihat penampilan Letto di layar kaca.
Eh,,,tapi agak tersembuhkan dikit kangen ku itu dengan adanya yang menyanyikan lagu Letto. Saat mendengarnya agak kaget juga sih soalnya kan jarang lagu Letto dinyanyikan orang lain (kecuali duet dengan mereka). Serunya lagi yang menyanyikan lagu mereka adalah anak berusia 9 tahun, Novi namanya.
Wah,,,,seru lah pokoknya saat ia menyanyikan “Ruang Rindu”.
Mamaku bilang, “mengapa anak-anak menyanyikan lagu dewasa?”
Aku pun berpikir “iya,,,yah! Mengapa dia tidak menyanyikan lagu yang memang diperuntukkan untuk anak2 seumurnya?”
Mungkin Letto akan memberikan pembelaan bahwa lagu milik mereka adalah lagu universal. Saking universal-nya lagu mereka bisa (dan boleh) dipersepsikan berbeda-beda. Jadi tidak salah bila Novi menyanyikan lagu “Ruang Rindu” (katanya ia rindu ayahnya yang ada di surga. Hiks...hiks...hiks...)
Melihat Novi yang menyanyikan “Ruang Rindu” membukakan ruang rinduku terhadap lagu2 saat aku masih kecil.Uppss,,,,ada nyamuk yang menghisap darahku saat aku menulis ini. Aha...pasti aku malas bersih2 rumah. Ah,,,perkara ini mengingatkan diriku akan lagu Enno Lerian. Kalau ada tukang bakso lewat depan rumah pun aku masih terngiang-ngiang lirik lagu “Abang Tukang Bakso”-nya Melissa.
Beruntung sekali aku dulu. Aku bisa dengan mudah menikmati lagu-lagu yang memang diperuntukkan untuk diriku. Tak perlu bersusah payah memahami pesan lagu2 itu, karena pesan2 itu sangat lugas disampaikan.
Hati ini agak sedih saat membandingkan diri dengan adikku yang masih duduk di bangku SD, dia tidak banyak tahu lagu anak2. MTV menjadi sumber satu2-nya bagi ia untuk mendapatkan informasi tentang musik. Namun, musik dan lagu yang belum menjadi haknya. Kebanyakan lagu itu tidak menawarkan warna-warni ceria anak2. Jarang ada merah, kuning, biru, jingga, hijau dan lainnya. Warna yang ditawarkan dalam lagu2 yang sering diputar itu biasanya pink cinta, merah cemburu, hitam selingkuh. Urghh,,,,sangat tidak sesuai dengan adikku yang masih perlu melihat dunia yang berwarna-warni. Belum waktunya untuk ia menyaksikan hitam, putuh, dan abu-abu.
Akibatnya mereka paham sakitnya “Ketahuan”. Nafsu makan agak menurun karena “Ingat Kamu”. Mereka berlomba-lomba menjadi “Makhluk Tuhan Paling Seksi”. Huhuhu....aku tak mau pikiran polos adikku tercemar karena lagu2 itu. Bukannya aku terlalu melindungi adikku, aku hanya ingin ia masih bisa menikmati masa anak-anaknya.
Seorang teman pernah bilang, saat aku mencoba menaiki ayunan, “dasar masa kecil kurang bahagia”. Mendengarnya aku pun tertawa, masa kecilku cukup berbahagia. Aku menaiki ayunan itu untuk kembali mengenang masa2 itu. Nampaknya kalimat tersebut lebih pantas ditujukan untuk adik2 kecil kita. Tak ada lagi “Becak” yang akan menemani mereka berkeliling kota. Tidak ada lagi “Pelangi” yang akan menampakkan muka sehabis hujan. Akan jarang ada “Bintang Kecil” yang bercahaya di malam hari.
Sungguh menyedihkan....
Adik-adikku sabar yah,,,,
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)