Skip to main content

Cahaya Bulan

Namanya Bulan, ia baru genap berusia enam tahun. Parasnya cantik. Kalau dilihat postur tubuhnya, dia adalah anak perempuan yang sangat ingin gw lihat dan miliki. Kenapa? Bagi Anda yang bisa menolak suka pada anak ini silahkan angkat tangan. Tetapi saya tidak yakin Anda bisa menolaknya setelah saya menjelaskan penampilan luarnya (pertama ini saja dulu). Inilah ciri-ciri bulan:

  • Mata bulat besar dengan bola mata hitam
  • Rambut hitam panjang sedikit bergelombang (sepertinya halus)
  • Hidung mancung, namun belum begitu sempurna bentuknya karena usia Bulan yang masih kecil.
  • Mulutnya mungil dan sering menyunggingkan senyum manis.
  • Gigi-gigi yang tertanam di rahangnya masih susu, muda. Ukurannya pun kecil-kecil, makin membuktikan bahwa ia seorang anak-anak.
  • Pipinya tembam.
  • Perutnya buncit dalam ukuran yang masih wajar untuk anak-anak.
  • Ia tidak terlalu tinggi juga tidak pendek untuk anak-anak seukuran dirinya. Kulitnya putih bersih.

Sepertinya baru itu yang bisa saya sampaikan mengenai penampilan fisik Bulan. Sekarang silahkan mengacungkan tangan bagi Anda yang mampu menolaknya. Ada? Adakah yang menolaknya? Hahaha....jangan terburu-buru mengambil keputusan. Sebaiknya Anda membaca kembali penilaian subyektif saya terhadap anak mungil dan lucu ini selanjutnya.

Tidak hanya penampilan fisiknya yang menarik, Bulan juga ternyata seorang anak kecil yang menggemaskan. Ia tidak malu-malu saat berhadapan dengan orang-orang dewasa. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh orang pasti dijawabnya dengan dewasa tanpa meninggalkan sifat anak-anaknya. Setiap jawaban yang ia lontarkan, senyum manis selalu disebarkannya kepada mereka yang bertanya padanya.

Saya pertama kali melihat Bulan pada sebuah ajang menyanyi bagi selebritas anak-anak atau anak-anak selebritas. Sebenarnya sat itu juga ada Umay, yang tidak kalah lucu dengan Bulan. Namun, untuk sekarang saya ingin bercerita sedikit tentang Bulan. Ada sesuatu di dalam dirinya yang berbeda. Ada cahaya dalam dirinya dan menjadikannya seterang bulan. Dalam ajang tersebut Bulan menyanyikan dua lagu, tetapi lagu kedua yang dibawakannya membuat cahayanya makin berpendar terang. Ia menyanyikan lagu Sebelum Cahaya. Dulu saya selalu berpikir bahwa tidak akan ada yang bisa menyanyikan lagu tersebut sebagus penyanyi aslinya, tetapi Bulan mementahkan kesimpulan dini saya tersebut. Ia menyanyikan lagu tersebut dengan manis dan pesan yang disampaikannya, terus terang, sampai ke dalam hati saya.

Saat ia menyanyikan lagu tersebut gaun malam baby pink-nya sangat manis. Keseluruhan, ia menyayikan lagu itu sangat pas. Adonan yang tepat,tidak ada yang berlebihan. Memang kalau sesuatu disampaikan dengan sepenuh hati akan membuat si pengirim dan penerima memahami pesan yang disampaikan. Itulah yang terjadi saat Bulan selesai bernyanyi, ia menangis. Dan tanpa disadari saya pun ikut menangis (sepertinya bukan karena isi lagu tersebut, melainkan saya tidak tahan melihat sesuatu yang manis seperti Bulan menangis).

Saat menangis saya berpikir “sial mengapa setiap reality show selalu ada tangisan di dalamnya?”. Bulan mengutarakan alasan kedihan hatinya, ia teringat anak-anak yatim yang tidak seberuntung dirinya masih memiliki orang tua. “terima kasih yah Ma, sudah merawat Bulan sampai sebesar ini,” papar Bulan—diiringi air mata yang bergulir pelan di kedua pipi tembam dan merahnya—untuk Ibundanya tercinta.

Sontak saya menghapuskan pikiran buruk mengenai air mata dalam reality show. Saya belajar sesuatu dari seorang anak-anak mungil yang mudah sekali tersentuh dengan keadaan sekelilingnya. Saya tidak menyangka di balik gelak tawa yang Bulan perlihatkan sebelumnya ada sebuah pikiran yang dalam tentang penderitaan orang lain. Saya menghargai setiap air mata Bulan yang jatuh demi memikirkan orang-orang yang kesusahan.

Terima kasih untuk Bulan yang telah memberi sedikit cahayanya untuk menerangi saya yang masih sedikit gelap ini.

Sekarang siapa dari Anda yang bisa menolak anak ini? Siapa?

Comments

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.