Tolong sikapi apa yang saya ungkapkan di bawah ini dengan dewasa (walau pernyataan saya belum tentu dewasa). Tulisan ini dibuat bukan untuk merendahkan cagub dan cawagub manapun.
Beberapa waktu yang lalu saya disuruh meliput sebuah acara kampanye salah satu pasangan kandidat calon gubernur (cagub) dan wakil gubernur (wagub). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap acara kampanye pasti ada acara hiburannya. Dan, dalam hiburan itu lebih banyak diisi oleh nyanyian.
Di siang yang terik itu pun si empunya acara menyuguhkan beberapa penyanyi baik lokal maupun nasional. Sembari menunggu datangnya sang calon pemimpin rakyat tersebut adalah dua orang penyanyi yang berasal dari daerah di mana kampanye berlangsung.
Anda mungkin masih ingat lagu Badminton yang dipopulerkan Benyamin Sueb beberapa tahun ke belakang. Bah, berhubung kampanye diadakan di ranah Sunda maka lagu, yang memang sebagian besar liriknya berbahasa Sunda, itu dinyanyikan oleh si artis ibu kota.
Beberapa lirik diubah. Lirik yang awalnya berisikan ajakan bermain badminton kini berubah menjadi ajakan memilih si cagub yang berkampanye. Mohon maaf saya harus menuliskan isi lagunya, serius saya tidak bermaksud membuat siapapun tersinggung. Sebenarnya lirik tersbut dalam bahasa Sunda, namun karena saya tidak begitu fasih maka saya tuliskan saja dalam bahasa Indonesia.
Inilah sepenggal lirik yang membuat saya agak gerah:
Badminton yang mengharumkan nama bangsa.
Taufik juaranya,
Agum mertuanya.
Begini yah,,,
Bila dilihat dari kalimat-kalimat yang terucap dari si penyanyi memang lagu ini cukup menjual. Sebab selama acara kampanye berlansung, pendukung si cagub memang berteriak ”Taufik...Taufik...”. Suatu taktik yang bagus, karena kebetulan juga Taufik berasal dari Jawa Barat.
Tetapi yang paling bikin saya panas adalah ketidakterimaan saya terhadap kata-kata ”Taufik juaranya”. Padahal kahn yang mengharumkan nama bangsa tidak hanya pria itu. Masih ada Sony, Simon, Chandra, Markis, Hendrawan, dan lainnya.
Saya memang tidak begitu mengidolakan Taufik Hidayat, maka waktu mendengar itu saya merasa sedih. ”Loh,,,Sony juga jago kok. Bahkan taufik takut melawan Sony. Dia jarang menang melawan pemain asal Surabaya itu,” pikir saya waktu itu. Eh,,,tidak hanya waktu itu, sampai sekarang juga.
Pliss deh, yang mengharumkan nama bangsa bukan dia seorang. Masih ada orang yang ”humble” dibanding dia yang juga mengharumkan nama bangsa ini.
Sebel….sebel…..
Mengapa?
Mengapa?
Urgghhhh,,,,,,
Iya saya akui permainan Taufik tuh bagus, tapi masih ada yang lebih bagus lagi yaitu idolaku SONY DWI KUNCORO.
Tenang Sony walaupun mertuamu (eh,,,belum punya yah?) bukan cagub aku tetap mengidolakanmu.
Huhuhuhu…..
BRAVO SONY DWI KUNCORO !!!!!!
Maafkan atas kesubyektifan saya.
Beberapa waktu yang lalu saya disuruh meliput sebuah acara kampanye salah satu pasangan kandidat calon gubernur (cagub) dan wakil gubernur (wagub). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap acara kampanye pasti ada acara hiburannya. Dan, dalam hiburan itu lebih banyak diisi oleh nyanyian.
Di siang yang terik itu pun si empunya acara menyuguhkan beberapa penyanyi baik lokal maupun nasional. Sembari menunggu datangnya sang calon pemimpin rakyat tersebut adalah dua orang penyanyi yang berasal dari daerah di mana kampanye berlangsung.
Anda mungkin masih ingat lagu Badminton yang dipopulerkan Benyamin Sueb beberapa tahun ke belakang. Bah, berhubung kampanye diadakan di ranah Sunda maka lagu, yang memang sebagian besar liriknya berbahasa Sunda, itu dinyanyikan oleh si artis ibu kota.
Beberapa lirik diubah. Lirik yang awalnya berisikan ajakan bermain badminton kini berubah menjadi ajakan memilih si cagub yang berkampanye. Mohon maaf saya harus menuliskan isi lagunya, serius saya tidak bermaksud membuat siapapun tersinggung. Sebenarnya lirik tersbut dalam bahasa Sunda, namun karena saya tidak begitu fasih maka saya tuliskan saja dalam bahasa Indonesia.
Inilah sepenggal lirik yang membuat saya agak gerah:
Badminton yang mengharumkan nama bangsa.
Taufik juaranya,
Agum mertuanya.
Begini yah,,,
Bila dilihat dari kalimat-kalimat yang terucap dari si penyanyi memang lagu ini cukup menjual. Sebab selama acara kampanye berlansung, pendukung si cagub memang berteriak ”Taufik...Taufik...”. Suatu taktik yang bagus, karena kebetulan juga Taufik berasal dari Jawa Barat.
Tetapi yang paling bikin saya panas adalah ketidakterimaan saya terhadap kata-kata ”Taufik juaranya”. Padahal kahn yang mengharumkan nama bangsa tidak hanya pria itu. Masih ada Sony, Simon, Chandra, Markis, Hendrawan, dan lainnya.
Saya memang tidak begitu mengidolakan Taufik Hidayat, maka waktu mendengar itu saya merasa sedih. ”Loh,,,Sony juga jago kok. Bahkan taufik takut melawan Sony. Dia jarang menang melawan pemain asal Surabaya itu,” pikir saya waktu itu. Eh,,,tidak hanya waktu itu, sampai sekarang juga.
Pliss deh, yang mengharumkan nama bangsa bukan dia seorang. Masih ada orang yang ”humble” dibanding dia yang juga mengharumkan nama bangsa ini.
Sebel….sebel…..
Mengapa?
Mengapa?
Urgghhhh,,,,,,
Iya saya akui permainan Taufik tuh bagus, tapi masih ada yang lebih bagus lagi yaitu idolaku SONY DWI KUNCORO.
Tenang Sony walaupun mertuamu (eh,,,belum punya yah?) bukan cagub aku tetap mengidolakanmu.
Huhuhuhu…..
BRAVO SONY DWI KUNCORO !!!!!!
Maafkan atas kesubyektifan saya.
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)