Skip to main content

Katanya Tidak Nasionalis

Hah,,,,sumpah ternyata ketegangan dan memuncaknya adrenalin bukan hak mutlak milik seorang atlet yang sedang bertanding. Gw sebagai penonton juga merasakan dua hal tersebtu, bahkan ditambah satu lagi, kekesalan. Kesal bukan hanya karena si atlet idola tidak berhasil menyumbang angka, tapi lebih kepada mengapa ada orang yang bilang gw kurang nasionalis. What?!?@?!$#$^*&*
Okay,,,gw kurang ngerti maksud dari kata nasionalis itu...tapi izinkan gw untuk memberikan batasan kata nasionalis menurut gw (biar pembicaraan ini tidak melebar). Menurut gw nasionalis itu rasa cinta yang dalam (bukan berlebihan) terhadap negara tempat gw dilahirkan, dibesarkan, dan hidup. Apa pun yang terjadi dengan negara itu gw tetep sebagian darinya, kalu baik yah harus bangga, kalau buruk yah enggak boleh dicuekkin. Yah intinya mah suka apa adanya. Menurut gw nasionalis seperti itu.
Nah,,,kejadiannya begini, kemaren waktu nonton pertandingan penyisihan Piala Thomas, gw sebagai pendukung Sony Dwi Kuncoro memang kecewa dengan penampilannya. Terlebih dia tidak menyumbangkan angka untuk Indonesia. Temen-temen yang tau gw suka sama Sony bilang ”wah,,,Fi. Gimana nih Mas Sony kok kalah?”. Lah, kok nanya ke gw? Gw juga enggakl paham kenapa si Sony bisa segitu groginya di pertandingan pertamanya sebagai tunggal pertama. Yah,,,sebagai pendukungnya (kalau boleh berlebihan mah sebagai image consultant-nya) gw bilang, ”mungkin dia grogi, jadi tumbal sih!”. Tetapi temen gw bilang itu enggak bisa dijadikan alasan dia boleh kalah.
Yah,,,Anda semua pasti tahulah tentang isu ”tumbal” yang ada di jidat Sony. Pembelaan gw gini, siapa sih yang mau selalu jadi nomor dua? Enggak ada kan! Enggak usah munafik deh kalo kita emang pengen jadi ”terlihat” dibanding yang lain. Tapi, kalau selalu dipaksa jadi nomor dua setidaknya mental ”yang kedua akan terbentuk”. Begitu juga dengan Sony, selama ini dia selalu ada dibawah bayang-bayang Taufik Hidayat. Walaupun sekarang ia menjadi tunggal pertama, kalau menurut gw dengan tidak mengesampingkan kemampuan Sony, tetep aja ada ”rekayasa-rekayasa” yang membuatnya menduduki posisi itu (Anda semua pasti mengertilah!). Walaupun gw sudah berbusa membela Sony, temen gw tetep bilang ”Si Bonsak (Thailand) kan peringkatnya di bawah Sony”.
A*****!@!$#%^%$(&(_*&(),,,,,SUMPAH KESEL BANGET DENGERNYA. Kenapa sih temen gw itu ga melihat seseorang sebagai manusia biasa. Yah,,,peringkat toh tidak menjadi jaminan dia memang hebat, malahan peringkat tinggi adalah sebuah beban. Lah,,,buktinya pahlawan mereka, Taufik, pun kalah dari ”anak bawang” di dunia bulu tangkis. Woooiiii,,,,Taufik posisinya jauh dibanding anak ingusan itu. Serius ni,,,gw emang kurang begitu sama Taufik. Yah,,,waktu liat dia kalah gw agak sedikit tenang, karena setidak-tidaknya dia menyelamatkan muka Sony....Bo,,,,Sony dan Bonsak peringkatnya Cuma beda 3 aja.....
Walaupun Taufik dipencundangi bukan berarti gw seneng yah. Masalahnya yang dibawa nama Indonesia. Taufik yang dijadikan sebagai andalan untuk mendulang angka malah gagal. Siapa yang seneng coba? Siapa?
Nah,,,waktu tahu jagoannya kalah dan melihat ada raut kelegaan di muka gw temen gw bilang ”Ah,,,lo kagak ada jiwa nasionalisnya Fi!”. F***.$^&(*&)&*)^&%$^^#$%#@$#@
Siapa sih dia, sebisa-bisanya mengatakan orang lain tidak punya jiwa nasionalis. WOOOOYYYY.....yg gw dukung tuh INDONESIA bukan TAUFIK HIDAYAT. Cobo tolong dibuka yah mata lo lebar-lebar...dalam satu tim itu ada lima pertandingan. Jadi, walaupun SONY dan TAUFIK kalah tetep aja ada 3 pertandingan lain yang bisa diharapkan! Memangnya nyawa Indonesia hanya ada di tangan Taufik apa!
Wooooyyyy,,,,lo inget ga sehabis itu lo mencaci maki Taufik,,,lo mengatakan dia brengsek dan segala macamnya. Beh,,,,,mana dukungan lo buat pahlawan lo? Kalo lo emeng merasa nasionalis (karena lo bilang gw enggak nasionalis) seharusnya lo masih punya kepercayaan buat pemain lainnya. Seharusnya lo masih mendukung pemain lainnya yang masih-akan-bertanding. Tindakan lo yang menganggap dunia berakhir kalau Taufik kalah itu sangat enggak bisa gw terima. Gw ngeliat lo sama aja seperti orang-orang di atas sana yang telah ”mengatur” peringkat dunia Sony dan Taufik. Lo enggak punya kepercayaan dan terkesan tidak mau memberikan kepercayaan buat pemain lainnya. Dan lo berusaha untuk meyakini kalau pemain lainnya memang punya kemampuan.
Begini deh,,,coba lo ambil hikmahnya. Dengan kalahnya Taufik dan Sony setidaknya mereka memberikan peluang ”deg-degan” untuk pemain lainnya. Kalau dua pemain tunggal pertama itu menang dan satu ganda menang berarti posisi jadi 3-0 untuk Indonesia kan? Walaupun pertandingan berikutnya diadakan tetapi kesannya permainan formalitas, toh menang atau kalau mereka, yang merupakan bagian dari Tim Thomas Indonesia, sudah menang.
Kenapa sih,,,kita tidak lihat sisi baiknya dari kekalahan Sony dan Taufik? Bayangkan kalau mereka menang, yah,,semua rakyat Indonesia pasti bakal seneng. Tetapi dengan kekalahan mereka setidaknya pemain yang dianggap ”anak bawang” dan selalu diposisikan diurutan belakang seperti Simon Santoso, Joko S, dan Hendra G, punya ”beban” untuk menang. Menurut gw mereka tuh jarang merasakan beban itu karena ”abang-abang” mereka sudah memastikan kemenangan mereka. Dan, mereka pun bisa merasakan megahnya sebuah kemengan. Kemewahan yang mereka dapatkan karena beban dipunggung mereka dan sebagai sebuah pembuktian kalau mereka memang bisa bertarung dan sudah seharusnya tidak selalu dipandang sebelah mata.
Ah,,,,maafkan teman gw masih belum bisa nerima perkataan lo yang bilang gw kurang nasionalis dan mencaci maki pemain-pemain ”gw” saat mereka kalah. Kemaren lo bilang,,,”masa pertandingan pertama kalah!” bagaimana kalau diubah menjadi ”baru pertandingan pertama kok. Masih ada pertandingan kedua dan selanjutnya”. Kalimat-kalimat optimis lo setidaknya bisa menjadi sebuah tanda kenasinalisan diri lo. MENURUT GW....
Urghh,,,untung gw punya blog yang bisa dipake buat mencurahka isi hati gw...jadi walopun agak subyektif ya gak masalah toh?

Comments

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.