“ya udah boleh lah, ayoo...,”
“Serius Mas?” tanyaku ragu “Asiiikkkkkk....” terakku dalam hati.
Setelah sekian lama dalam penantian akhirnya hari yang kutunggu-tunggu terjadi juga. Bayangkan Saudara, hampir sepuluh tahun diriku menaruh ahti opadanya. Berharap ada kesempatan untuk bertemu, yah sekedar untuk menyapa dan melihat goresan senyum dari bibirnya. HARI ITU TERWUJUD.
Hari yang indah 14 Mei 2008. Tidak hanya karena atlet-atlet bulu tangkis internasional yang dapat kulihat tetapi juga pahlawanku, serius ini, Hendrawan. Oooohhhhhh,,,,,,sungguh hati ini berdebar-debar tak karuan. Dari jarak lebih dari sepuluh meter aku memerhatikannya, dan tampaknya saking bersemangatnya suara jantungku yang bertalu-talu bisa didengarnya. Aku menunggunya,,,berharap,,,,menanti,,di antara ketidakjelasan.
Ia keluar dari Warm Up Hall, santai. Tasnya tergantung di pundak kirinya. Simon dan Tommy di belakangnya mengikuti. Sementara yang lain berebtu tanda tangan dan meminta berfoto bersama Simon, aku mengharmpiri pria asal Surabaya itu. Serupa orang tak tahu malu aku langsung menghadang Hendrawan, memintanya untuk sudi berfoto barang sekali denganku. Uurrrggghhh,,,,aku pun heran mengapa aku bisa sebegitu nekatnya meminta Hendrawan untuk berfoto denganku. Pertama kalinya dalam hidupku Saudara.
Hancur berkeping-keping. Yah frase itu nampaknya tepat untuk menggambarkan suasana hatiku saat itu. Iya Saudara, mendengar kalimat “Mas, boleh foto bareng ga?” dari mulutku ia hanya tersenyum dan langsung berkata dengan rendah diri “Sama pemain saja, saya kan Cuma pelatih,”. Aaarrggghhh.....tega nian dirinya.
“Tapi kan Mas dulu juga pemain,” kataku di depan mukanya.
Ia hanya tersenyum. Pergi berlalu.
Habis sudah angan-anganku. Dalam hitungan detik penantianku selama sepuluh tahun untuk mendapatkan gambar diriku dan dirinya dalam satu bingkai pun pupus. “Perih” ratapku dalam hati.
Mataku perih, sedikit menahan tangis, melihat dengan santainya Simon Santoso menanggapi permintaan penggemarnya untuk berfoto dan bertanda tangan. Sekedar informasi tambahan Kawan, Simon melayani banyak orang. Huhuhuuhuh......baik sekali dirinya. Ratapanku makin dalam, melihat pengemar-penggemar Simon tersenyum lebar setelah mendapatkan gambar diam dirinya berdampingan dengan Simon.
Namun, tak lama kemudian sebuah suara bagai malaikat berdenging di telingaku. “Ya udah boleh lah, ayoo...,” Hendrawan menarik kembali kata-kata penolakannya. Aku sangat yakin ia merasa haru melihat mukaku yang merana akibat penolakkannya.
Tak mau buang waktu demi mencari seseorang untuk mengambil foto kami akhirnya aku pun bekerja rangkap, model sekaligus fotografer. Tak mengecewakan hasilnya. Senyumku berdua dirinya sangat indah. Penantian yang panjang terbalaskan dengan selembar gambar yang berisikan senyuman ceria kami berdua. Uuuuhhh,,,,hari yang indah 14 Mei 2008.
Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m...
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)