Skip to main content

A Cup of Hot Milk Equals None

—Saya pergi jauh ya! Tak usah ditunggu kedatangan saya, bahkan saya sendiri pun tak tahu kapan akan kembali. Mind your own business.— 18 November 2008 00:44:02 WIB (diterjemahkan secara bebas dan subyektif oleh saya sendiri) Tak bisa tidur saya dibuatnya. Kaget. Lama tak bersua, tiba-tiba dapat kabar mengejutkan macam itu. Semalam suntuk saya menunggu telepon seluler bergetar, bukan menunggu telepon darinya, hanya sebuah sms, namun tak kunjung datang. Saya berusaha tidur. Tak dapat. Pusing kepala ini karena kegelisahan hati yang besar sangat. Sampai pagi datang tak ada satu pun berita darinya. Penantian panjang semalam suntuk tak berbuah hasil, kecuali bengkak pada mata dan pusing di kepala. Kasihan... Akibatnya, semua rencana saya yang hendak dilaksanakan hari itu batal. Mata tidak bisa diajak kompromi untuk tidur, pusing kepala pun bertambah berat. Tak lama kemudian datanglah alasan tambahan mengapa saya tidak bisa melanjutkan tidur, nenek dari pulau seberang datang. Mama dengan “manis”-nya menyuruh saya untuk ini dan itu. Pun memaksa saya untuk memasang senyuman. Fiuuuhhhh,,,,mata ini tak dapat menutupi kebohongan hati, daripada tampang suntuk ini menimbulkan prasangka-prasangka buruk akhirnya diputuskanlah saya beristirahat di bawah. Tetap tak bisa istirahat. Puluhan sms sudah saya kirimkan ke beberapa teman untuk mengalihkan pikiran ini dari pesan yang saya terima semalam buta (juga untuk menghiraukan pembicaraan orang tua di atas). Kepala ini tetap bekerja keras mengingat-ingat pesan itu. Benarkah ia pergi? Sial! Ditinggalnya aku sendiri. Takutlah aku sendiri. Tak diberinya saya kabar akan kepergiannya itu. Argghhh.....seakan-akan. Seakan-akan ia melarikan dari saya. Mengapa melarikan diri? Inilah yang patut ditanyakan padanya. Terkapar saya di tempat tidur beberapa hari kemudian. Sial! Ahhh,,,,payahnya saya. Hanya karena itu saya melemahkan diri sendiri. Salahkah? Tak tahulah. Yang saya tahu, tak bisa saya bila tidak diberi tahu keberadaan orang yang saya perhatikan. Tak bisa saya tidak mendapat kabar dari orang yang selalu saya ingat. Masalah utamanya adalah saya merasa disisihkan. Tak mampu saya mendapat perlakuan macam itu. Why? Tak ada satupun orang kecuali dia yang bisa bantu menjawa pertanyaan di atas. Mudah-mudahan cepat terjawab. Seorang teman mengatakan “teruslah bermimpi seperti para Laskar Pelangi”. Saya pun setengah meng-iya-kan pernyataan teman tersebut. Ya,,,saya akan terus bermimpi untuk terus bersama dan bercengkrama dengannya. Dan, selalu mengharapkan mimpi itu untuk tidak jadi nyata. Tak mau saya bila suatu saat nanti mimpi itu menjadi nyata. Takut saya kehilangan. Saya takut kenyataan tidak hanya sampai saya selalu bersamanya, tetapi juga dia meninggalkan saya menjadi nyata. Tidak...tidak...tidak...untuk yang satu ini saya tidak bisa. Saya rasa tak sanggup bila mengahadapinya menjadi nyata. Akibat tidak bisa tidur akhirnya saya pergi menonton. Saya kendarailah itu motor punya adik saya. Tak apalah, hari itu tidak dipakainya. Dengan mata yang sedikit mengantuk naiklah saya ke atas motor. Agak gerimis saat itu. Tak mengapa, pikir saya. Berharap rintik hujan bisa sedikit melunturkan dia dari kepala saya. Menontonlah saya,,,untung benar saya memilih film itu. Sebuah film yang tidak bisa langsung dicerna, harus direnungkan. Sedikitlah saya lupa dengan dirinya, tapi tak bertahan lama. Sesaat saya menaruh badan di atas motor, kembali teringat dirinya. Arrrggghhhh,,,mengapa saya tadi minum kopi. Mata ini menjadi terbelalak tak bisa dipejamkan. Tak bisa saya melarikan diri ke alam mimpi jadinya. Uuuuhhhh,,,,lelahnya menanggung perasaan macam ni. Ditambah lagi saya mendapat kabar kalau seorang teman saya mengalami kecelakaan, makin kacaulah pikiran saya. Lari. Rasanya ingin berlari jauh dari kenyataan. Ingin bermimpi. Ingin tidur, tapi sayang belum bisa. Apa yang harus saya perbuat. Aha...di lemari pendingin ada sekantung susu sapi. Saya panaskan saja langsung. Hmmm,,,,,jadilah secangkir susu hangat. Saya minum saja, kemudian saya merebahkan diri di pembaringan. Sepoi-sepoi angin dari kipas membelai saya. Tertidur. Tak terganggu oleh apapun. Bahkan mimpi pun tak datang malam itu. Saya sendiri. Tak berpikir. Akhirnya saya istirahat. Walaupun terkadang saya masih suka memikirkan dirinya, namun rupanya dirinya sudah mulai terkikis sedikit. Leganya. Ternyata untuk melupakannya hanya diperlukan secangkir susu hangat.

Comments

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.