Saya tidak ada pekerjaan yang harus saya kerjakan dan selesaikan malam ini, jadi saja buka-buka folder gambar-gambar diam saya. Yah,,gambarnya memang diam, tetapi it sounds million words. It does really. Terutama gambar-gambar saya dengan teman-teman. Teman kuliah, teman sekolah, teman-teman tanpa status, yah mereka-merekalah pokoknya...
Hahahaha...
Menyenangkan!
Nah...foto ini merupakan salah satu yang bikin saya tertawa lebar (bukan hanya karena saya melihat diri saya yang tertawa sangat lebar). Hehehehehe....
Lebar: Ringga (kiri) nampaknya senang foto di samping Efi (tengah). Namun, Umar nampaknya tidak demikian.
Seingat saya yang mengambil foto ini adalah Koko, kamera siapa yang dipakai? Saya tak ingat. Lokasi pemotretan di halte dekat sebuah mall yang sepertinya sudah menjadi basecamp saya dan teman-teman berkumpul. Malam itu saya dan teman yang lain hendak menghadiri resepsi pernikahan Ani. Ah,,tidak mau dikalah Ratna anak yang satu itu.
Apa yang menarik?
Saya masih ingat perkataan Ringga saat pertama kali ketemu saya malam itu. “Kok gendut sih?” sial! Sapaan yang tidak enak didengar. Berawal dari perkataan itu maka muncullah kalimat-kalimat ejekan lainnya baik dari mulut saya dan dia. Tak bisa berhenti. Ada saja yang dikatakan. Yang satu tidak mau kalah dari yang lainnya.
Saat kami “beradu” teman yang lain belum datang. Selang beberapa waktu kemudian satu persatu teman lainnya pun datang. Bercelotehlah saya dengan yang lain, Ringga pun demikian. Damai sejenak kami berdua.
Ingatan saya agak payah nih,,,kalau tidak salah Koko memegang-megang kamera Ringga terus dia menjepret-jepret. Melihat Koko mebidik tak tentu arah akhirnya saya mengajukan diri menjadi model saja. Dia setuju. Saya pun tidak mau berpose sendiri, saya tarik Umar yang saat itu berdiri tidak jauh dari saya. Dia pun mau mengabadikan dirinya dengan saya. Pas. Ehhh,,,tiba-tiba manusia yang dari awal pertemuan memercikkan api-api permusuhan tiba-tiba melompat ke samping saya. Ingin difoto nampaknya. Saya tidak mau. Dia memaksa. Menyerahlah saya pada akhirnya. Koko pun mengatur lensa, dan terciptalah sebuah gambar yang melukiskan “kebahagian” kami.
Ahahahahahahahahahaha......
Sedari dulu tak pernah sekalipun saya akur dengan Ringga, dengan Umar pun tidak. Tetapi, saya senang teman sepermusuhan itu mau berdiri di samping saya dan memberikan senyum terlebarnya dan tampang ter-dingin (baca:cool)-nya.
Tak apalah kawan. Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutmu terkadang sering bikin kuping saya memerah panas, tetapi senyum lebar mu memberikan arti lain:
KAU SUKA BERADA DI SAMPINGKU kan?
Ahahahahahahahahaha.....mengaku sajalah.
Tak perlulah malu.
Kan kita teman.
Apa?
Bagaimana dengan saya?
Yah,,,bolehlah saya juga mengakui kalau saya juga senang berada di antara kalian. Berasa muda begitu. Seakan-akan masih sekolah menengah.
Kangennya masa-masa itu...

Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)