Tak mudah memang memahami diri sendiri. Butuh waktu yang cukup panjang untuk sekedar mengetahui warna yang menjadi kesukaan diri sendiri. Serius,,,panjang sekali waktu yang saya habisakan untuk memilih sesuatu yang berwarna hijau, padahal kenyataannya saya adalah penyuka jingga. Yah,,,begitu...
Nah,,,itu baru warna masih ada hal-hal baru yang memang baru saya ketahui, yaitu:
TAK SUKA DARAH: saya baru sadar hal ini sekitar lima tahun terakhir. Semenjak saya melihat oom saya yang sekarat karena kecelakaan dan akhirnya meninggal karena kekurangan darah, saya pun agak lemas kalau melihat darah berceceran. Tapi tidak termasuk darah bulanan dan darah dari pendonor darah yah. Bukan sekedar melemaskan, tetapi sekaligus mual, apa lagi kalau menonton film yang ada adegan mutilasi, tembak, tusuk, dan pukul. TUHAN,,,,sungguh saya sangat tersiksa. Tak sanggup mendapat hukuman macam itu, menonton SAW the series. Yaiiikkksss.....
KERAS KEPALA: dulu saya kira sifat ini tidak ada pada diri ini. Saya pikir saya hanya mau mempertahankan apa yang saya yakini. Saya tak tahu (baca tidak ngeh) pandangan orang lain saat saya memperjuangkan keyakinan saya. Seorang teman memberitahukan sifat saya yang satu ini baru-baru ini. Sehabis membaca tiga seri kisah cinta Bella Swan dan Edward Cullen saya pun nyerocos “ah,,,apa itu si Bella. Cewek kok keras kepala banget. Dikasih tau yang bener kok malah ga mau!” itu komentar saya. Teman saya pun menanggapi dengan enteng “lah,,,kan sama kaya lo! Enggak sadar?”. Terdiamlah saya. Berpikir. O,,,iya,,,ya,,,kepala saya sekeras Bella rupanya. Hah...
BENCI MENUNGGU: saya suka memperhatikan gerak-gerik anak kecil. Mereka selalu senang bila sudah dipakaikan baju yang menurut mereka bagus, yang ada di pikiran mereka adalah orang tuanya akan mengajak dirinya untuk jalan-jalan. Walaupun hanya pergi ke rumah nenek di komplek sebelah, setidaknya mereka senang karena baju yang mereka pakai saat itu bagus dan bisa menjelajah ke tempat lain. Wah,,jangan coba-coba deh memakaikan baju bagus ke anak kecil, sementara waktu keberangkatan kita masih cukup lama. Mereka pasti akan uring-uringan. “Kapan pergi? kapan pergi?”, “Ayah,,ayah,,,ayo berangkat!”,dan “Mama,,,cepetan pergi!” itu merupakan kemungkinan kata-kata yang diucapkan para bocah kalau sudah kelamaan menunggu dengan baju bagusnya. Anak-anak sangat tidak sabaran dan membenci menunggu. Nampaknya saya juga begitu. Saya tidak bisa dijanjikan sesuatu oleh orang lain. Sebab saya akan menunggu-nunggu. Benci sekali menunggu. Misal, ada yang berjanji “saya bakal main ke tempat kamu besok jam 8,” saya pasti akan menunggu keesokan harinya sampai pukul 8. gelisah saya dibuatnya bila waktu sudah menunjukkan pukul delapan, tetapi si pembuat janji urung datang. Ah,,,saya merasa baju bagus saya tak layak lagi dipakai untuk bepergian, sebagian sudah lecek.
MENGIMITASI MAMA: wah,,,saya bukan anak yang akur pada mamanya. Saya sering berantem malah. Ada saja masalah antara saya dan mama. Teman saya pun berkata, “lo berantem lagi?”. Pertanyaan yang keluar karena rutinnya saya dan mama bertengkar. Namun, saya harus akui mama itu oke sekali. Tiga anaknya bandel, keras kepala, cengeng, dan aneh, tetapi bisa diurus olehnya. Dengan belaiannya, dengan senyumnya, dengan cubitannya, dengan pukulannya, dengan makanannya, dengan segala, dengan segala-gala kemampuannya untuk mengurus ketiga HARTA BENDA-nya. Mama oke banget. Mungkin karena perlakuan mama kepada ketiga anaknya, membuat saya sedikit banyak mengikuti gerak-gerik mama. Terkadang gaya bicaranya saya ikuti, cara dia mengatur susunan piring, cara mama mengepel lantai, cara mama menyusun tumpukan koran, yah hal-hal kecil itu pun saya tiru. What such a copy cat. Yah,,,menurut saya kan mama itu oke, mudah-mudahan kalau suatu saat nanti saya menjadi seorang mama, saya bisa seperti mama saya yang oke itu. Loph u so mom!
Segini dulu ah,,,nanti saya pikirkan lagi hal-hal lain tentang diri saya ini.
Nah,,,itu baru warna masih ada hal-hal baru yang memang baru saya ketahui, yaitu:
TAK SUKA DARAH: saya baru sadar hal ini sekitar lima tahun terakhir. Semenjak saya melihat oom saya yang sekarat karena kecelakaan dan akhirnya meninggal karena kekurangan darah, saya pun agak lemas kalau melihat darah berceceran. Tapi tidak termasuk darah bulanan dan darah dari pendonor darah yah. Bukan sekedar melemaskan, tetapi sekaligus mual, apa lagi kalau menonton film yang ada adegan mutilasi, tembak, tusuk, dan pukul. TUHAN,,,,sungguh saya sangat tersiksa. Tak sanggup mendapat hukuman macam itu, menonton SAW the series. Yaiiikkksss.....
KERAS KEPALA: dulu saya kira sifat ini tidak ada pada diri ini. Saya pikir saya hanya mau mempertahankan apa yang saya yakini. Saya tak tahu (baca tidak ngeh) pandangan orang lain saat saya memperjuangkan keyakinan saya. Seorang teman memberitahukan sifat saya yang satu ini baru-baru ini. Sehabis membaca tiga seri kisah cinta Bella Swan dan Edward Cullen saya pun nyerocos “ah,,,apa itu si Bella. Cewek kok keras kepala banget. Dikasih tau yang bener kok malah ga mau!” itu komentar saya. Teman saya pun menanggapi dengan enteng “lah,,,kan sama kaya lo! Enggak sadar?”. Terdiamlah saya. Berpikir. O,,,iya,,,ya,,,kepala saya sekeras Bella rupanya. Hah...
BENCI MENUNGGU: saya suka memperhatikan gerak-gerik anak kecil. Mereka selalu senang bila sudah dipakaikan baju yang menurut mereka bagus, yang ada di pikiran mereka adalah orang tuanya akan mengajak dirinya untuk jalan-jalan. Walaupun hanya pergi ke rumah nenek di komplek sebelah, setidaknya mereka senang karena baju yang mereka pakai saat itu bagus dan bisa menjelajah ke tempat lain. Wah,,jangan coba-coba deh memakaikan baju bagus ke anak kecil, sementara waktu keberangkatan kita masih cukup lama. Mereka pasti akan uring-uringan. “Kapan pergi? kapan pergi?”, “Ayah,,ayah,,,ayo berangkat!”,dan “Mama,,,cepetan pergi!” itu merupakan kemungkinan kata-kata yang diucapkan para bocah kalau sudah kelamaan menunggu dengan baju bagusnya. Anak-anak sangat tidak sabaran dan membenci menunggu. Nampaknya saya juga begitu. Saya tidak bisa dijanjikan sesuatu oleh orang lain. Sebab saya akan menunggu-nunggu. Benci sekali menunggu. Misal, ada yang berjanji “saya bakal main ke tempat kamu besok jam 8,” saya pasti akan menunggu keesokan harinya sampai pukul 8. gelisah saya dibuatnya bila waktu sudah menunjukkan pukul delapan, tetapi si pembuat janji urung datang. Ah,,,saya merasa baju bagus saya tak layak lagi dipakai untuk bepergian, sebagian sudah lecek.
MENGIMITASI MAMA: wah,,,saya bukan anak yang akur pada mamanya. Saya sering berantem malah. Ada saja masalah antara saya dan mama. Teman saya pun berkata, “lo berantem lagi?”. Pertanyaan yang keluar karena rutinnya saya dan mama bertengkar. Namun, saya harus akui mama itu oke sekali. Tiga anaknya bandel, keras kepala, cengeng, dan aneh, tetapi bisa diurus olehnya. Dengan belaiannya, dengan senyumnya, dengan cubitannya, dengan pukulannya, dengan makanannya, dengan segala, dengan segala-gala kemampuannya untuk mengurus ketiga HARTA BENDA-nya. Mama oke banget. Mungkin karena perlakuan mama kepada ketiga anaknya, membuat saya sedikit banyak mengikuti gerak-gerik mama. Terkadang gaya bicaranya saya ikuti, cara dia mengatur susunan piring, cara mama mengepel lantai, cara mama menyusun tumpukan koran, yah hal-hal kecil itu pun saya tiru. What such a copy cat. Yah,,,menurut saya kan mama itu oke, mudah-mudahan kalau suatu saat nanti saya menjadi seorang mama, saya bisa seperti mama saya yang oke itu. Loph u so mom!
Segini dulu ah,,,nanti saya pikirkan lagi hal-hal lain tentang diri saya ini.
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)