satu pelajaran didapatkan dari ruangan yang bisa menampung tujuh reporter ini. tempat pertama saya mengecap apa itu yang namanya bekerja, tempat perdana yang mengajak saya untuk mengerti apa itu belajar menjadi, setidaknya sedikit, profesional.
awalnya, senang. teman semua isinya. namun, belakangan yang saya pahami ternyata bukan teman, tetapi rekan kerja. tak peduli berapa lama sudah menjalin hubungan saya-dan-kamu berteman, tetap saja ruangan yang kita kunjungi tiap harinya ini memaksa saya untuk menjadi rekan kerja dengan kalian.
bagi saya sendiri, sih, sulit. berekan kerja dengan teman. terkadang batasan itu tidak jelas, maksudnya kapan kita harus menjadi teman atau rekan. tak jarang, rasa tak enak karena dia adalah seorang teman justru merusak status rekan kerja itu. yah, saya, sih, melihatnya dari diri sudut saya. tidak enak.
pernah seorang teman bertanya
"kalau bekerja bareng teman sendiri sikut-sikutan tidak?"
saya jawab
"pasti adalah tanpa disadari"
sayang sebenarnya saat status teman dekat menjadi rekan kerja. it is just like loosing my grip, i have noone to talk to about my job. yeah, i know i can talk to my workmates, but i need outsider perspective. hesitating. i want my friends.
satu kenyataan meyakinkan saya akhir-akhir ini; orang-orang yang ada di ruangan yang sedang dalam tahap percantikan ini adalah REKAN KERJA bukan TEMAN. rekan kerja akan sulit diajak bersiasat untuk "kepentingan bersama", berbeda jauh dengan teman. rekan kerja lebih "mementingkan pribadi" itu sungguh tidak serupa dengan teman.
workers want a better life. workers want a better job. workers want to pursuit their OWN dreams. tottally different with friends who will always there to wait, want to pursuit OUR dreams together.
tersadar. dalam dunia pekerjaan ini tidak akan ada yang setidaknya menghalagi kita untuk tidak terjatuh. terkadang mereka melihat, namun, sengaja bergeming, karena pikiran "itu bukan urusan saya" selalu bermain-main di kepala para pekerja, mungkin termasuk saya sendiri. wajar, karena saya pekerja.
awalnya, senang. teman semua isinya. namun, belakangan yang saya pahami ternyata bukan teman, tetapi rekan kerja. tak peduli berapa lama sudah menjalin hubungan saya-dan-kamu berteman, tetap saja ruangan yang kita kunjungi tiap harinya ini memaksa saya untuk menjadi rekan kerja dengan kalian.
bagi saya sendiri, sih, sulit. berekan kerja dengan teman. terkadang batasan itu tidak jelas, maksudnya kapan kita harus menjadi teman atau rekan. tak jarang, rasa tak enak karena dia adalah seorang teman justru merusak status rekan kerja itu. yah, saya, sih, melihatnya dari diri sudut saya. tidak enak.
pernah seorang teman bertanya
"kalau bekerja bareng teman sendiri sikut-sikutan tidak?"
saya jawab
"pasti adalah tanpa disadari"
sayang sebenarnya saat status teman dekat menjadi rekan kerja. it is just like loosing my grip, i have noone to talk to about my job. yeah, i know i can talk to my workmates, but i need outsider perspective. hesitating. i want my friends.
satu kenyataan meyakinkan saya akhir-akhir ini; orang-orang yang ada di ruangan yang sedang dalam tahap percantikan ini adalah REKAN KERJA bukan TEMAN. rekan kerja akan sulit diajak bersiasat untuk "kepentingan bersama", berbeda jauh dengan teman. rekan kerja lebih "mementingkan pribadi" itu sungguh tidak serupa dengan teman.
workers want a better life. workers want a better job. workers want to pursuit their OWN dreams. tottally different with friends who will always there to wait, want to pursuit OUR dreams together.
tersadar. dalam dunia pekerjaan ini tidak akan ada yang setidaknya menghalagi kita untuk tidak terjatuh. terkadang mereka melihat, namun, sengaja bergeming, karena pikiran "itu bukan urusan saya" selalu bermain-main di kepala para pekerja, mungkin termasuk saya sendiri. wajar, karena saya pekerja.