"nah, gitu dong sering-sering nginep," tutur si nyokap dari temen saya saat saya menginap di rumahnya.
"iya Tante," jawab saya sambil nyengir sekalian cium tangannya sebagai tanda kesopanan.
umm,,pernyataan/ permintaan si Tante membuat saya berpikir; dia benar-benar senang saya menginap atau sekadar basa-basi? ah,,saya anggap saja Tante emang bersuka cita karena saya datang malam itu. jangan anggap saya orang hebat yang setiap kedatangannya disambut oleh orang-orang, tetapi Tante lebih senang karena saya dan seorang teman saya yang juga menginap telah meramaikan rumahnya. FYI, rumah Tante memang selalu sepi, dari dulu zaman kelas 1 SMA saya datang, selalu saja sepi. penghuni rumahnya sibuk sana-sini, jarang di rumah. kalaupun mereka di rumah biasanya mendekam di kamar masing-masing, keluar kamar kalau mau masukin dan ngeluarin makan.
tetapi, setelah saya perhatikan lagi, nampaknya Tante tidak hanya senang karena kami sedikit memberikan keramaian malam itu, melainkan kami bisa menemani anak gadis semata wayangnya. anak gadis Tante, teman saya, memang lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. mungkin Tante khawatir anaknya kesepian, setelah mengandaskan hubungan dekatnya dengan seorang pria. mungkin Tante berharap kami yang berkunjung malam itu bisa sedikit mengikis perasaan teman saya yang sudah bertitah (sepertinya) tidak akan menikah seumur hidupnya.
kalau memang Tante berkeinginan seperti itu, saya, terus terang saja, akan menyerah. itu bukan ranah saya. Tante lah, dan Oom, yang berwenang, hanya kalian berdua yang bisa memberikan nasihat untuk teman saya itu. karena sebenarnya, sumpah teman saya itu bukan hanya karena hubungannya dengan si pria berhenti di tengah jalan, bukan itu. dia bersumpah demikian, karena dia belajar dari pengalaman. dia melihat Tante dan Oom yang dia anggap tidak berhasil menciptakan konsep keluarga seperti yang dia inginkan.
Tante, andaikan saja Tante tidak berkata, "mama mempertahankan pernikahan ini karena ingat anak-anak." saya yakin teman saya itu, putri Tante, tidak akan berbuat sumpah semacam itu. tahukah Tante, menurut saya, teman saya itu takut melangkah lebih jauh karena kemungkinan gagalnya pernikahan dia nantinya. dia takut kalau nanti pernikahannya tidak berjalan mulus, namun ia tetap bertahan, seperti yang sudah Tante lakukan, dia akan menyakiti perasaan anak-anaknya. dia sudah punya pengalaman dalam dirinya, sakitnya melihat ketidakakuran orang tuanya. oleh karena itu, dia lebih memilih tidak memasuki jenjang pernikahan daripada menyakiti perasaan anak-anaknya kelak.
"iya Tante," jawab saya sambil nyengir sekalian cium tangannya sebagai tanda kesopanan.
umm,,pernyataan/ permintaan si Tante membuat saya berpikir; dia benar-benar senang saya menginap atau sekadar basa-basi? ah,,saya anggap saja Tante emang bersuka cita karena saya datang malam itu. jangan anggap saya orang hebat yang setiap kedatangannya disambut oleh orang-orang, tetapi Tante lebih senang karena saya dan seorang teman saya yang juga menginap telah meramaikan rumahnya. FYI, rumah Tante memang selalu sepi, dari dulu zaman kelas 1 SMA saya datang, selalu saja sepi. penghuni rumahnya sibuk sana-sini, jarang di rumah. kalaupun mereka di rumah biasanya mendekam di kamar masing-masing, keluar kamar kalau mau masukin dan ngeluarin makan.
tetapi, setelah saya perhatikan lagi, nampaknya Tante tidak hanya senang karena kami sedikit memberikan keramaian malam itu, melainkan kami bisa menemani anak gadis semata wayangnya. anak gadis Tante, teman saya, memang lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. mungkin Tante khawatir anaknya kesepian, setelah mengandaskan hubungan dekatnya dengan seorang pria. mungkin Tante berharap kami yang berkunjung malam itu bisa sedikit mengikis perasaan teman saya yang sudah bertitah (sepertinya) tidak akan menikah seumur hidupnya.
kalau memang Tante berkeinginan seperti itu, saya, terus terang saja, akan menyerah. itu bukan ranah saya. Tante lah, dan Oom, yang berwenang, hanya kalian berdua yang bisa memberikan nasihat untuk teman saya itu. karena sebenarnya, sumpah teman saya itu bukan hanya karena hubungannya dengan si pria berhenti di tengah jalan, bukan itu. dia bersumpah demikian, karena dia belajar dari pengalaman. dia melihat Tante dan Oom yang dia anggap tidak berhasil menciptakan konsep keluarga seperti yang dia inginkan.
Tante, andaikan saja Tante tidak berkata, "mama mempertahankan pernikahan ini karena ingat anak-anak." saya yakin teman saya itu, putri Tante, tidak akan berbuat sumpah semacam itu. tahukah Tante, menurut saya, teman saya itu takut melangkah lebih jauh karena kemungkinan gagalnya pernikahan dia nantinya. dia takut kalau nanti pernikahannya tidak berjalan mulus, namun ia tetap bertahan, seperti yang sudah Tante lakukan, dia akan menyakiti perasaan anak-anaknya. dia sudah punya pengalaman dalam dirinya, sakitnya melihat ketidakakuran orang tuanya. oleh karena itu, dia lebih memilih tidak memasuki jenjang pernikahan daripada menyakiti perasaan anak-anaknya kelak.
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)