Menghabiskan separuh hari di dalam bis ada untungnya juga, menyimpan tenaga untuk perjalanan berikutnya. Selain itu, ada bonus juga dua pria tampan yang duduk persis di depan kursi saya dan Pipit. Penyegaran mata penting saudara-saudara. Saya sering curi-curi pandang ke depan kalau si dua pria tampan itu bercengkrama. Kesenangan saya padam saat Pipit dengan seenak jidatnya bilang, “mereka gay, Fi!” Saya suka bingung sama Pipit, kenapa suka kasih info seperti itu di saat saya belum klimaks. Meskipun asumsi Pipit belum tentu benar, saya jadi jengah setiap melihat si dua pria itu ketawa-ketawa. Sayapun jadi malas untuk memulai pembicaraan dengan salah satu pria yang memiliki mata indah itu. Tidak ada senyum manis andalan yang saya berikan pada si mata indah ketika berpapasan di wastafel restoran tempat kami menyantap makan malam. Sekitar pukul delapan malam, Mekong Express berhenti di pemberhentian terakhirnya, Terminal Bus Siem Reap. Setelah bus benar-benar berhenti, saya celin...