Sangiang
bukan tempat wisata yang akomodasinya memadai. Karena sedikitnya kamar mandi,
Majd memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi yang airnya harus ditimba
sendiri. Tidak lama setelah masuk kamar mandi, dia menghampiri saya "I
droped the basket into the well. I thought the rope binded to
something, unfortunately it is not." *tepok jidat*
Sebagian dari kami menginap di rumah warga, sebagian lainnya di
pinggir pantai. Sebenarnya saya menginap di rumah warga, tetapi sebelum tidur
kami menyambangi mereka yang tidur di pantai. Disentuh angin malam, mendengar
debur ombak, dan dipayungi bintang membuat penutupan hari itu menyenangkan.
Suasana agak sedikit "terganggu" karena Oshin dan Khaled yang tidak
berhenti meributkan hal kecil setiap jarak di antara mereka kurang dari satu
meter.
Hari berganti. Rencana kami pagi itu adalah trekking menuju goa
kalelawar. Keren, sih, goa kalelawar itu. Goa sempit dengan air laut deras di
bawahnya yang kemudian pecah menjadi tetesan air ketika menghantam batu
di mulut goa. Tidak ada yang terlalu sempurna di dunia ini, kerennya pecahan
ombak di bawah goa tersebut harus diimbangi dengan bau tak sedap dari kalelawar
yang bertengger di langit-langit goa. Mau berfoto di mulut goa? jangan lupa tahan
napas, yah, supaya tidak mual.
di beberapa sudut pantai Tanjung Bajo sangat nyaman dijadikan tempat berdiam diri |
Tujuan kami berikutnya adalah pantai Tanjung Bajo. Pantai ini
tempat teman-teman menginap semalam. Dalam perjalan menuju pantai kami harus
menerobos hutan, Majd mengingatkan saya yang berjalan dibelakangnya untuk
memperhatikan kepalanya.
Saya: ih,,,ngapain juga ngeliatin kepala lo?
Majd: look,
if my head hit branches it will stretch and swing back and it will hit your
head!
Majd: Up to you!
Which one is more important your head or your feet?!
Berdasarkan penilaian bapak pengemudi kapal, kondisi air laut
cukup memungkinkan bagi kami untuk bermain-main. yeaay!!!
Oshin langsung memaksa Majd dan Khaled untuk melompat dari atap
kapal. Majd mengangguk, Khaled ogah-ogahan. Oshin tak berhenti memaksa, Khaled
mengangguk. Akhirnya ketiga orang itu pun berlompatan dari atap kapal langsung
ke laut dengan kedalaman sekitar 5 meter tersebut.
Saya? main yang aman saja deh. Saya dan Ayu lebih memilih untuk
snorkeling. Saya bisa berenang, tetapi takut akan kedalaman laut, jadi meskipun
agak menyiksa life vest selalu terpasang. Ayu menenangkan dan menyarankan saya
untuk tidak panik. Diambilnya pelampung tersebut dan membiarkan saya berenang
sendiri. Aman. Ayu pun tidak pergi jauh-jauh dari saya, khawatir tiba-tiba saya
panik dan tidak ada yang menolong.
Tak berapa lama, Ayu menyusul Oshin untuk melompat. Saya mengamati
saja dari bawah. Mendapat partner baru, Oshin makin semangat seakan tenaganya
tidak habis di sudut lain kapal saya lihat Khaled bersandar kelelahan.
Seru juga melihat teman-teman meloncat. Saya tanya Ayu apakah
aman. Dengan suara menenangkan dia menjawab "aman, kok. yuk!"
Lembutnya suara Ayu membuat saya trans, dan tanpa disadari saya sudah berdiri
di atap kapal.
Kembali saya disergap kepanikan. Lautnya dalam. Meskipun indah,
koral yang ada di bawah sana tampak menakutkan dan saya khawatir terantuk dan
terluka. Awalnya hanya saya, Ayu, dan Oshin yang hendak melompat.
Ehhh,,,ternyata Majd, Vera, dan Mario mengekor. Serupa pertunjukan, semua
penumpang memperhatikan kami. Berenam kami
meloncat bersama.
That was liberating moment for me! Ketakutan tak beralasan sebelumnya pecah ketika badan
saya menghantam air laut. Buih air laut menggelitik kulit, sakit tapi nikmat. Suara
cipratan air mengisi telinga, menarik saya entah kemana untuk beberapa saat.
Saya tertawa terbahak ketika kepala berhasil menyembul dari permukaan air. Saya
merasa menjadi sedikit lebih rileks. Saya mulai menghitung-hitung berapa kali
saya harus melakukan ritual itu agar saya bisa rileks dan easy going serupa the
queen of jump off the boat Oshin.
Off we go to Jakarta! Semua
muka yang ada di dalam bus sumringah. Saya kembali merasakan romantisme
pascaperjalanan. Nothing can
make me down for a while, am still on vacation high eventhough Oshin and Khaled
were arguing for the rest of the way home.
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)