Sudah pukul tiga pagi. Saya dan beberapa calon penumpang sudah jengah menunggu bus yang tak kunjung datang, sementara para turis lain masih tertawa-tawa pengaruh minuman. Bus pariwisata pun banyak yang berseliweran, dari yang berbentuk double decker keren sampai yang butut kecil.
Satu bus keren melambat di depan tempat penantian kami. Lumayan buat melanjutkan tidur yang belum tuntas, pikir saya. Kami bergegas, namun ternyata bus tersebut malah berlalu. Kecewa. Tak berapa lama bus yang kecil dan tidak nampak terlalu nyaman datang. Perasaan saya tidak enak, tapi kenyataan hidup memang pahit. Pengemudi tuk-tuk yang sedari tadi bertugas menjemput kami, kini berubah menjadi tukang giring penumpang ke dalam bus yang memiliki sandaran kursi kurang nyaman itu.
Saya dan Pipit kembali mengambil bus yang langsung mengantarkan kami ke negara sebelah, sama seperti saat dari Vietnam ke Kamboja. Namun, kali ini harganya lebih murah hanya US$ 14 dan saya bisa langsung sampai ibu kota Thailand , Bangkok .
Berhubung kami melakukan perjalan dini hari, kami mendekati perbatasan Poipet sekitar pukul 5 pagi. Demi menunggu waktu pintu perbatasan yang dibuka pukul 7 pagi, kami dibawa ke pool bus. Ahh…mengapa mereka tidak bisa memperhitungkan waktu perjalanan, kalau tahu seperti ini kan kami setidaknya pergi jam 4 pagi saja bukan jam 2 pagi.
Beres mengurus ini itu di imigrasi kami beranjak ke imigrasi Thailand , Aranyaprathet. Oh iya,,,sekadar informasi sedikit kalo lewat jalur darat hanya dapat 14 hari akses masuk Thailand, beda kalau lewat jalur udara bisa dapat 30 hari bagi para pemegang paspor Indonesia.
Bebas dari urusan imigrasi, kami disuruh berjalan kaki sekitar 100 meter keluar, katanya jemputan kami sudah datang. The beauty of traveling is you don’t know what is you are heading to. Jemputan kami kali ini adalah satu mobil pick up. Berhubung bagian tengah kendaraan hanya bisa terisi empat orang, para penumpang pria harus rela duduk di bagian belakang mobil bersama barang bawaan.
Siksaan belum selesai. Kami (lagi) kembali menunggu sebelum mobil membawa kami ke Bangkok . Saking malasnya, saya tidak bertanya alasan lambatnya perjalanan kami. Waktunya tiba. Saat itu, total penumpang ada 12 orang, semuanya dimasukan ke dalam sebuah minibus yang besarnya sama seperti minibus yang biasa nongkrong di daerah Kota .
Bisa membayangkannya? Kami berjejal di dalam minibus tersebut. Rasa iba saya peruntukan pada Pablo dan kawan-kawan, kaki jenjang mereka mau tidak mau harus tertekuk tidak mengenakan dikarenakan duduk di bagian belakang mobil selama tujuh jam perjalanan Aranyaprathet-Bangkok.
selamat berdesakan! |
*to be continued
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)