Perjalanannya dilakukan lebih dari sebulan yang lalu. Tetapi baru sekarang dapat 'rasa' untuk menulis.
Dari Jakarta saya berangkat sendiri, tetapi ini bukan solo trip (inginnya sih). Di Kuala Lumpur International Airport LCCT sudah ada yang menunggu saya, dan seterusnya akan menjadi teman perjalanan kali ini.
Terus terang saya tidak tahu mau kemana dan ,melakukan apa di Kuala Lumpur atau negara bagian manapun di Malaysia. Teman perjalanan saya yang atur, dia yang pilih tempat tujuan kami berikutnya. Terpilihlah pantai Cherating di provinsi Pahang. Lokasinya, kalau dilihat di peta, sebelah kanan dari Kuala Lumpur (maaf buta mata angin, tidak bisa bedakan timur dengan barat).
Letak Cherating sekitar 300 km dari Kuala Lumpur. Untuk sampai ke sana kami memilih moda transportasi darat, bus. Setelah mengamati serta menelaah dengan baik, ternyata dari terminal Putera ada dua keberangkatan, pagi dan malam. Kalau mau lamgsung sampai bisa pilih bus Kuala Lumpur-Kuantan yang ongkosnya sekitar MYR 26 (IDR 72k). Minta pada sang agen untuk diturunkan di Cherating. Atau, bisa juga pilih bus ke Kemaman ongkosnya MYR 21, dari Kemaman segera cari bus dalam kota yang menuju Kuantan, nama bisnya Sihat. Dari Kuala Lumpur ke Cherating butuh waktu sekira 4 jam.
Apakah Cherating bagus? Ummmmm,,, untuk selera saya sih tidak. Selain pasirnya yang berwarna keemasan dan bibir pantai yang sangat panjang, Cherating tidak menawarkan banyak hal lain. Tetapi, secara keseluruhan Kampung Cherating menawarkan banyak hal.
Seperti yang saya bilang tadi, untuk urusan pantai, Cherating masih kalah jauh dari sejumlah pantai yang pernah saya datangi di Indonesia. Pantai ini lebih disukai para peselancar, jadi bagi yang ingin berenang harus menurunkan ekspektasinya. Bagi yang suka eksplorasi Cherating mungkin akan seperti surga kecil.
Daerah yang menamakan dirinya 'Little Bali' ini punya pasir pantai seperti padang pasir, hutan dengan hewan-hewannya, tebing batu yang cukup asik dipanjat, dan juga sungai yang dikelilingi mangrove. Selain itu, daerah ini juga menyuguhkan hewan-hewan mati. Serius! Saya sekali dikejutkan dengan penemuan separuh badan ular piton yang dimakan semut dan juga tupai kecil yang terbaring kaku di pinggir jalan. Sungguh banyak kejutan di tempat kecil ini.
adorable pattern |
Untuk urusan pangan dan papan selama di sini tidak usah khawatir. Di mana-mana tersebar warung makan dengan segala menu yang harganya sekira 4-6 MYR. Dengan uang sebesar itu, kita bisa dapat nasi beserta lauknya. Kalau mau makanan laut yang fresh, di salah satu tempat makan ada yang menyediakannya. Untuk urusan minum, ini yang paling saya suka, ada booth penyedia isi ulang aor minum. Untuk ukuran 1,5 liter hanya perlu 20 sen. Bandingkan dengan harga botol baru 4,8 MYR.
Tidak usah cari penginapan di Cherating, mulai dari yang asal bisa buat tidur hingga yang seperti kamar sendiri pun ada. Kisaran harga menginap semalam 25-120 MYR. Untuk harga yang paling murah yah cuma dapat tempat tidur dan kipas angin, toilt harus berbagi dengan yang lain. Sementara semakin mahal harga semakin lengkap fasilitasnya seperti toilet, televisi, AC, dan juga pemandangan sekeliling kamar, bisa pantai atau sungai. Atau kalau mau berhemat lagi bisa saja pasang tenda di bibir pantai, kalau tiba-tiba ingin ke toilet jangan khawatir, fasilitas toilet umum cukup memadai.
Matahari Holiday Huts MYR 30 per malam |
Ada satu kejadian yang membuat saya menyetujui kalau infrastruktur itu suatu keharusan untuk ada. Beberapa waktu lalu ada sebuah foto yang cukup menggugah banyak orang, segerombolan pelajar yang menyebrang dengan hati-hati sisa jembatan menuju sekolahnya. Jembatan tersebut dapat memotong jarak tempuh para pelajar sampai sekolah. Bila satu-satunya penghubung tersebut putus, anak-anak tersebut harus memutar arah dan berjalan kaki dalam waktu yang mungkin tiga kali lebih lama dibanding menyebrang jembatan.
Dalam perjalanan kemarin, kami harus rela berjalan dua jam ekstra karena sungai yang saat pagi hari masih bisa kami lewati namun berubah menjadi bahaya saat dilewati sore hari. Pasalnya, saat pagi sungai yang terhubung ke laut sedang surut, sore menjelang air pasang. Arus air pun menjadi deras, tak bisa kami lenggang kangkung menyebrang seperti pagi hari. Bisa saja berenang, tetapi kamera dan telepon seluler kami sangat anti dengan air. Keputusan dipilih, mencari jalan lain supaya dapat sampai ke penginapan.
Jika dirata-dirata kecepatan berjalan kaki saya sekitar 5 km per jam, maka untuk mencapai tempat tujuan jarak tempuh saya menjadi 10 km karena berjalan selama 2 jam penuh. Padahal kalau ada jembatan yang membelah sungai, untuk mencapai penginapan dapat ditempuh hanya dalam 10 menit.
Meski demikian, senang juga harus mencari rute lain untuk kembali ke penginapan. Kami dapat menemukan makanan khas daerah Cherating. Bahkan saya bisa menikmati ayam madu yang menjadi kesukaan si kembar Upin Ipin, enak enak enak.
ayam maduuuu satu dua ringgit |
saya dan si partner in crime |
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)