Seorang teman mempertanyakan pilihan saya. Bukan, hal itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan urusan pilpres. Ia mempertanyakan pilihan saya untuk menjalin hubungan dengan pasangan saat ini.
Dibilangnya karena masa depan yag tidak pasti, mengapa saya mau menghabiskan waktu dengan pasangan yang penghidupannya saat ini masih labil. Berbeda dengan pria pujaanya yang memiliki penghidupan ,saat ini, yang layak. Hal yang sama diharapkan terjadi pada masa depan.
Sebenarnya dia tidak membandingkan kantong pasangan siapa yang paling tebal, tetapi mempertanyakan ketidaksukaan saya pada pria-nya. Saya pun beralasan bahwa pujaannya itu berkelakuan buruk pada saya, kalaupun saya mendukung hubungan mereka lebih karena si teman terlihat bahagia berpasangan dengan pria itu.
Saya agak merenung dan mengulang kembali ucapan teman, "penghidupan pria-mu tidak stabil, berbeda dengan pria saya yang pekerjaannya mapan".
Apakah saya salah menentukan pilihan?
Saya termasuk pribadi yang ogah mengakui salah memilih. Tidak ada salah pilihan, tetapi tidak tepat menjalankan apa yang sudah dipilih. Kalaupun di tengah jalan tidak sesuai harapan, ya, perbaiki. Kalau memang sangat sulit, tinggalkan dan cari pilihan baru.
Semakin saya memikirkan ucapan teman, semakin saya acuh akan komentarnya. Saat ini, saya yakin, tidak salah pilih.
Tidak ada hal yang menarik perhatian saya kecuali seseorang yang menjalankan hasratnya dengan gigih. Pria saya punya beberapa pilihan hidup beberapa tahun lalu, salah satunya mirip dengan apa yang dilakukan pujaan hati teman saya. Namun, pilihannya jatuh pada hal lain. Hal yang menurut orang lain sepele, karena mereka berduit, tetapi justru sangat mendasar dan fatal bila dipandang sebelah mata.
Bertani. Itu pilihan hidup pria saya. Mimpinya memiliki lahan untuk makan dirinya, orang terdekat, dan juga petani lain yang hampir tidak bisa makan dari hasil pertaniannya.
Sungguh pasti kamu anggap hal itu sepele, tetapi bagi pasangan saya hal itu amat penting. Dan, dia berjuang untuk itu. Matanya selalu berbinar tiap berbincang soal pertanian, mulutnya berbusa menjelaskan nama-nama tanaman dan manfaatnya.
Menurutnya, saya juga mengamini pendapatnya, akan datang suatu masa saat biaya untuk mendapatkan produk pertanian akan setinggi langit. Maka memiliki lahan dan makan dari produksinya lebih menenangkan hati daripada melepas lembaran uang nominal besar di restoran tempat para pribadi berpenghidupan mapan biasa menuntaskan kebutuhan primernya.
Pemikiran sederhana pria saya itulah yang menjadi salah satu alasan saya bersamanya.
Saya tidak pernah ungkapkan alasan pilihan jatuh pada pasangan saat ini. Ya, karena saya tahu pasti alasan masing-masing orang menyukai pasangannya berbeda. Buat apa meyakinkan orang yang tidak memiliki satu selera dengan kita. Buang-buang tenaga.
Tulisan ini pun sekadar melepas emosi. Kalaupun si teman membaca semoga saja dia lebih paham alasan saya dan berhenti membandingkan siapa yang lebih baik dari siapa.
Seorang bapak yang beberapa waktu lalu saya temui bilang, kalau ada yang nyinyir tentang kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, bilang padanya, "jadi kamu pikir saya kurang bahagia daripada kamu? terserah. Yang penting yang saya lakukan saat ini membuat saya bahagia."
suka!
ReplyDeleteEh,,, kenapa gw ga dpt notifikasi komen lo ya? Apa yang salah, nih?
Delete