Ibu saya saat ini sedang berkutat dengan middle age crisis-nya. Setiap saya pulang ke rumah ia selalu curhat mengenai flek hitam di wajahnya, kerutan di sekitar mata, dan juga makin suburnya uban yang tumbuh di kepalanya.
Keluhannya membuat saya ketakutan, jangan-jangan seorang ibu yang ada di depan saya ini adalah gambaran seorang saya beberapa tahun yang akan datang. Keluhan-keluhan yang keluar dari mulutnya ini mungkin akan terucap dari mulut saya juga, karena saya mengalami hal yang serupa.
Ketakutan itu sempat merasuk ke dalam pikiran saya selama beberapa waktu. Untung saja pikiran itu tidak bertahan lama. Ada alasan untuk hal ini. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan teman-teman semasa saya masih mengenakan rok biru dan juga abu-abu.
Biasalah bila kita sudah lama tak bertemu dengan teman-teman lama pasti akan merasakan kembali euforia masa-masa kita masih muda belia. Perasaan itulah yang saya alami. Menyenangkan bertemu dengan teman yang pernah melihat kita dengan pakaian seragam SMP. Melegakan saat teman kita masih mengingat kekonyolan yang kita lakukan saat bermain bersama.
Semua perasaan itu kembali merasuki pikiran saya. Terus terang mengenang kejadian-kejadian seru saat masih berstatus anak baru gede (ABG) membuat saya merasa kembali muda tujuh tahun. Mulut ini tidak lelah tersenyum lebar. Senyum itu semakin lebar saat mendengar kabar teman-teman ABG lain yang telah berubah nasibnya saat ini.
Wah, beruntung sekali saya memiliki masa SMP hingga SMA yang menyenangkan sehingga bisa dikenang sampai saat ini. Mengenang masa itu membuat hidup ini kembali di-refresh.
Refresh! Kesibukan dan tuntutan pekerjaan dari dosen yang membuat kepala seakan mau pecah bisa dilupakan sejenak, karena saya bisa bertualang ke masa di mana saya tidak terlalu mementingkan pakaian apa yang harus saya pakai hari ini agar terlihat menarik untuk pergi kuliah. Ataupun pikiran tentang deadline tugas-tugas kuliah yang makin mendekat, tetapi belum satupun yang dikerjakan.
Ajakan teman untuk mendatangi sebuah acara, yang didatangi oleh orang-orang yang pernah mengisi hidup saya di masa ABG, saya anggap sebagai perjalanan dengan sebuah mesin waktu. Yah, perjalanan dengan mesin waktu. Saya kembali ke masa yang pernah dialami beberapa tahun lalu.
Tidak dibutuhkan penemuan spektakuler untuk mendapatkan ”mesin waktu” itu. Cukup bertemu dengan kawan—maupun lawan—lama yang mengisi lembaran kenangan kita, dijamin kita bisa kembali ke masa muda dulu. Saya tidak bermaksud berlebihan. Namun, memang demikian adanya. ”Mesin Waktu” itu sangat berguna bagi saya.
I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.
Fiiiii....
ReplyDeletejadi kangen anak-anak uy..
haha
jadi inget shoutout fs gw sekarang...
gw harus maju padahal hati gw masih nyaman di tempat yang lama dan nggak mau kemana-mana...
gw butuh mesin waktu yang sebenar-benarnya mesin waktu ! ! !
(nggak mungkin ada ya buuu...)
-o-