Skip to main content

bermain dengan mesin waktu

Ibu saya saat ini sedang berkutat dengan middle age crisis-nya. Setiap saya pulang ke rumah ia selalu curhat mengenai flek hitam di wajahnya, kerutan di sekitar mata, dan juga makin suburnya uban yang tumbuh di kepalanya. Keluhannya membuat saya ketakutan, jangan-jangan seorang ibu yang ada di depan saya ini adalah gambaran seorang saya beberapa tahun yang akan datang. Keluhan-keluhan yang keluar dari mulutnya ini mungkin akan terucap dari mulut saya juga, karena saya mengalami hal yang serupa. Ketakutan itu sempat merasuk ke dalam pikiran saya selama beberapa waktu. Untung saja pikiran itu tidak bertahan lama. Ada alasan untuk hal ini. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan teman-teman semasa saya masih mengenakan rok biru dan juga abu-abu. Biasalah bila kita sudah lama tak bertemu dengan teman-teman lama pasti akan merasakan kembali euforia masa-masa kita masih muda belia. Perasaan itulah yang saya alami. Menyenangkan bertemu dengan teman yang pernah melihat kita dengan pakaian seragam SMP. Melegakan saat teman kita masih mengingat kekonyolan yang kita lakukan saat bermain bersama. Semua perasaan itu kembali merasuki pikiran saya. Terus terang mengenang kejadian-kejadian seru saat masih berstatus anak baru gede (ABG) membuat saya merasa kembali muda tujuh tahun. Mulut ini tidak lelah tersenyum lebar. Senyum itu semakin lebar saat mendengar kabar teman-teman ABG lain yang telah berubah nasibnya saat ini. Wah, beruntung sekali saya memiliki masa SMP hingga SMA yang menyenangkan sehingga bisa dikenang sampai saat ini. Mengenang masa itu membuat hidup ini kembali di-refresh. Refresh! Kesibukan dan tuntutan pekerjaan dari dosen yang membuat kepala seakan mau pecah bisa dilupakan sejenak, karena saya bisa bertualang ke masa di mana saya tidak terlalu mementingkan pakaian apa yang harus saya pakai hari ini agar terlihat menarik untuk pergi kuliah. Ataupun pikiran tentang deadline tugas-tugas kuliah yang makin mendekat, tetapi belum satupun yang dikerjakan. Ajakan teman untuk mendatangi sebuah acara, yang didatangi oleh orang-orang yang pernah mengisi hidup saya di masa ABG, saya anggap sebagai perjalanan dengan sebuah mesin waktu. Yah, perjalanan dengan mesin waktu. Saya kembali ke masa yang pernah dialami beberapa tahun lalu. Tidak dibutuhkan penemuan spektakuler untuk mendapatkan ”mesin waktu” itu. Cukup bertemu dengan kawan—maupun lawan—lama yang mengisi lembaran kenangan kita, dijamin kita bisa kembali ke masa muda dulu. Saya tidak bermaksud berlebihan. Namun, memang demikian adanya. ”Mesin Waktu” itu sangat berguna bagi saya.

Comments

  1. Fiiiii....

    jadi kangen anak-anak uy..
    haha

    jadi inget shoutout fs gw sekarang...
    gw harus maju padahal hati gw masih nyaman di tempat yang lama dan nggak mau kemana-mana...

    gw butuh mesin waktu yang sebenar-benarnya mesin waktu ! ! !

    (nggak mungkin ada ya buuu...)
    -o-

    ReplyDelete

Post a Comment

thank you for reading and feel free to comment :)

Popular posts from this blog

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

P3K

Beberapa waktu lalu, sempat lari sejenak dari Jakarta ke Jogjakarta. Sekitar tujuh hari saya menghabiskan waktu di kota yang sempat menjadi pusat pemerintahan sementara negara Indonesia tercinta. Kali ini, saya belum mau menceritakan lokasi wisata yang saya kunjungi. ada hal lain yang ingin saya ceritakan, tetapi tenang soal perjalanan pasti akan saya tuliskan juga di publikasi berikutnya. Seperti lazimnya calon turis, saya sangat senang menghadapi hari esok. Sudah terbayang panasnya Jogjakarta dan santainya kehidupan di kota itu. Tetapi, sayangnya, partner jalan saya justru nyeri leher dan pundak sehari sebelum keberangkatan. Otomatis dia tidak bisa angkat ransel. Nyeri, begitu ia beralasan. Sesampainya di Jogja pertanyaan kedua kami setelah "penginapan murah di mana?" adalah "tempat pijat yang enak dimana?". Partner saya ingin segera meluruskan lehernya dan menikmati liburan kami. setelah keliling-keliling akhirnya kami menemukan pijat tradisional. tampak