Saya baru membaca sebuah feature di sebuah majalah atau tabloid yah? Ah, pokoknya isi dari media massa cetak itu hampir keseluruhannya mengenai dunia hiburan. Nah, di dalam media tersebut ada wawancara dengan Letto. Kalau enggak salah judul dari tulisan itu “Letto: Menghadirkan Corak Pelog dan Slendro Dalam Format Musik Kekinian”. Dalam feature ini dijelaskanlah awal Letto terbentuk, pihak produser yang melejitkan mereka, album pertama yang kurang meledak, arti nama Letto yang ternyata tidak berarti, yah...semacam itulah isinya.
Dari sekian banyak informasi yang diberikan saya tertarik dengan satu bagian dari keseluruhan feature ini;
Ada yang menarik dari musik yang dimainkan Letto ini. Mereka mengemas lagu-lagunya dengan nuansa etnik yang menghadirkan corak pelog dan Slendro a la gamelan Jawa tapi dalam format musik kekinian. Ini hal wajar. Maklum mereka tumbuh dalam lingkungan teater yang kuat dengan gamelan Jawa. Alhasil, musik yang dihasilkan berbeda dengan kebanyakan band-band di negeri ini. “Tapi kata orang musik kami masih dikategorikan sebagai musik pop,” guman Patub.
Terus terang saya tidak begitu paham dengan aliran musik yang ada di dunia ini, saya juga terkadang kurang mengetahui batasan musik jenis pop. Apa pasal? Hampir seluruh grup musik yang ada di Indonesia mengusung jenis musik yang berbeda satu sama lainnya. Namun, mereka masih menggunakan embel-embel “pop” dibelakang jenis musik yang mereka usung. Seperti sebuah grup yang mengatakan bahwa mereka adalah grup musik pop-alternatif, ada pula sebuah grup yang meyakini bahwa mereka ber-genre electric-pop, sebab dalam bermusik mereka menggunakan banyak bantuan alat-alat digital. Pokoknya apapun grup musik yang ada saat ini walaupun beraliran cadas tetap saja mengakui musiknya pop-rock. Yah, semuanya menggunakan kata pop.
Setelah membaca sebagian dari feature di atas. Saya pun setuju dengan orang-orang kebanyakan bahwa aliran musik yang dibawakan oleh Letto adalah pop. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan mengapa saya berpikiran seperti itu:
- Sama dengan alasan yang saya utarakan di atas, saya tidak begitu mengerti jenis-jenis aliran musik. Maka setiap jenis musik yang easy listening saya anggap berjenis pop. Karena jenis musik yang diusung Letto saya anggap enak didengar, maka ia pun berjenis pop.
- Selain itu saya juga jarang mendengar musik-musik etnik, apalagi gamelan Jawa. Saya pun baru mengetahui istilah Slendro dan Pelog dari feature di atas. Sampai sekarang pun saya belum mengerti kedua istilah di atas. Teman-teman sejawat pun sama tidak mengertinya dengan saya. Nah, karena kami tidak pernah mendengar jenis musik etnik maka apa yang kami dengarkan dari musik Letto kami anggap jenis musik pop.
- Nah, Patub sepertinya agak kecewa karena banyak orang yang mengganggap musik Letto beraliran pop. Jangan salahkan kami dong Mas! Kalau dari feature yang saya baca, grup Anda sendiri yang membuat musik etnik dengan nuansa kekinian. Kalau boleh saya mengartikan kata “kekinian” adalah Anda menyesuaikan musik dengan selera pangsa pasar saat ini. Kalau saya perhatikan sekarang ini banyak juga grup musik yang memasukkan unsur etnik dalam musiknya. Nah, karena banyak yang menggunakan jenis musik semacam itu—Letto pun demikian—maka tak salah kalau banyak orang yang beranggapan jenis musik Anda adalah pop. Kalau tidak salah salah satu pengertian kata “pop” adalah “sudah umum”. Nah, karena tidak sedikit yang mengusung jenis musik macam ini, maka kami sebagai pendengar pun yakin kalau musik Anda beraliran pop.
Sekedar saran dari saya (yang sok tahu ini), janganlah dipikirkan benar perkataan orang mengenai aliran musik Anda. Saya sebagai pendengar setia musik Anda cukup senang dengan apa yang telah Anda berikan. Biarkanlah orang berasumsi dengan jenis musik yang Anda bawakan, saya sih hanya ingin Anda dan kawan-kawan total dan maksimal dalam bermusik. Teruslah menghibur saya hehehe...Masalah penamaan jenis musik yang Anda gunakan, tak usah diambil pusing, bukankah grup Anda meyakini bahwa “apalah arti sebuah nama?” ya kan?
Oh...ya....satu saran lagi kalau memang ingin membuat pendengar meyakini bahwa musik Anda memang ada unsur etnik-nya, bagaimana kalau sekali-sekali saat tampil live dan atau untuk lagu-lagu berikutnya, grup Anda menggunakan instrumen-instrumen etnik. Di arransemen ulanglah lagu-lagu Anda. Selain menunjukkan bahwa grup Anda memang terinspirasi oleh musik etnik, Anda pun “mengajarkan” kepada saya “yang seperti ini loh Mbak yang namanya musik etnik!”. Ada keuntungannya yang lain juga, mudah-mudahan kalau kita mengenali musik tradisional—yang merupakan harta kebudayaan bangsa ini—kita menjadi suka pada musik tradisional dan mulai melestarikannya. Kalau banyak yang tahu tentang musik etnik dan instrumennya pasti akan dijaga supaya tidak direbut negara lain.
Ah, sudahlah...kalau saya berpanjang-panjang lagi akan terlihat saya sok tahu...pokoknya terus berjuang Letto.
Semangat!!!!!
(maaf sok tahu...)
Comments
Post a Comment
thank you for reading and feel free to comment :)