­
Skip to main content

Imaginary Friend

Monica has an imaginary friend?”

Waktu Rachel ngomongin ini gw berpikir apa salahnya kalo si Monica punya Teman Khayalan? Toh, terserah dia pengen punya temen macem apa kan. Mungkin yah gw berpendapat seperti itu karena gw jarang menemukan orang sekitar gw yang punya Teman Khayalan.

Berpikirlah aku dengan keras mengapa seseorang bisa mempunyai teman khalayan.

Pertama, tidak bisa dipungkiri saat ini kita hidup di dunia yang masih mengutamakan pencitraan yang bagus. Tak sedikit orang yang mendambakan penampilan yang bagus. Bagus dalam konteks ini adalah seperti penampilannya model-model iklan kecantikan. Nah, bagi mereka yang tidak punya penampilan sebagus para model tersebut tanpa dikomandoi akan merasa terkucilkan. Mereka yang memiliki penampilan serupa model akan merajai pergaulan, menyisihkan mereka yang penampilannya (bahkan) tidak seujung kuku pun sama dengan para model.

Mereka yang tersisihkan ini secara perlahan dan pasti akan berada di lingkaran luar pergaulan. Bagaimana bisa masuk ke dalam sebuah pergaulan kalau baru niat ikut bergabung saja mereka sudah diusir dengan alasan tidak sesuai standar.

Kalau dilihat dari kasus Monica di atas, secara jelas dapat dipastikan mengapa ia tersingkir dari pergaulan dan memiliki Teman Khayalan, ia dulu gemuk. Secara di Amerika sana yah,,,, siapa yang bertubuh gemuk hampir tidak memiliki teman. Mereka lebih menyukai berteman dengan si Barbie Doll. Jelas kan kenapa Monica memiliki Teman Khayalan, karena temannya itu bisa “menerima” diri Monica apa adanya (kan dia yang bikin, bisa diatur sesuai keinginannya kan?)

Kedua, mengapa memiliki Teman Khayalan? Mungkin yah kalau ada masalah yang menyakiti perasaan kita tidak akan merasakan sakitnya. Bagaimana mungkin terasa sakit toh tidak nyata. Berbeda dengan teman yang nyata wujudnya. Kalau kita berselisih paham pasti akan sakit,ya...iyalah...sakit! Di saat diri ini tidak ingin bertemu dengan Teman Nyata kita tanpa disengaja eh,,,malah bertemu di warung sebelah. Di saat kita ingin sendiri dan tidak ingin diganggu oleh siapapun malahan sebuah pesan singkat masuk dan yang isinya ajakan untuk kumpul bareng.

Kalau kita punya Teman Khayalan saat kita tidak mau bertemu dengannya kan tinggal berhenti untuk memikirkannya. Sedangkan, kalau Teman Nyata agak susah dilupakan. Ada kemungkinan di tikungan jalan depan kita malah bertemu dengan dia yang sebenarnya sangat ingin dihindari untuk bertemu.

Ketiga, masih kelanjutan masalah perselisihan paham. Kalau punya Teman Khayalan saat berselisih paham kita sepertinya dengan mudah menyelesaikan masalah. Kan yang pegang kendali diri kita. Bisa saja kita menyuruh si Teman Khayalan untuk meminta maaf duluan (karena kita gengsi minta maaf duluan). As simple as that!

Tetapi kalau Teman Nyata tentunya akan berbeda, agak susah untuk diungkapkan. Terutama bagi mereka yang agak sensitif dan sungkan untuk mengutarakan ketidaksukaannya kepada Teman Nyata-nya itu. Perasaan takut menyakiti perasaan Teman Nyata-nya selalu berputar-putar (padahal dirinya sendiri juga sudah sakit). Hal ini akan makin parah kalau si Teman Nyata tidak menyadari sakit hatinya kita.

Kita sendiri yang menyimpan perasaan sakit itu tanpa berani untuk diungkapkan. Ujung-ujungnya diri kita sendiri yang bingung, di satu sisi sebal sekali karena Teman Nyata kita sudah menyakiti perasaan kita tetapi di sisi lain kita juga merindukan berkumpul dengan Teman Nyata kita (tidak bisa dibohongi berkumpul dengan Teman Nyata memang menyenangkan).

Dilema. Kalau tidak berkumpul dengan Teman Nyata tentunya ada yang hilang, tetapi kalau ketemu rasa sakit yang belum sembuh itu rasanya seperti disiram air garam yang dicampur dengan tetesan air jeruk ditambah cuka, PERIH.

Yah,,,sekarang sih terserah diri kita masing-masing yah mau pilih yang mana Teman Khayalan atau Teman Nyata. Secara gw belum pernah punya Teman Khayalan jadi gw pilih Teman Nyata (walaupun dah pernah merasakan manisnya dan (masih merasakan) perihnya). Dan sampai sekarang pun gw belum bisa menyatakan sakitnya hati ini. Gak tau kapan bisa diomongin. Katanya time will heal, gak tau deh bener ato gak. Untuk kasus gw sepertinya masih agak lama dah sembuhnya.

Salute to Monica that has both imaginary and real friends. I wish i had it.

Comments

  1. tapi kalo punya temen khayal kaya di hide and seek syerem juga yak..
    haha

    seinget gw, gw juga nggak pernah punya temen khayal dah.
    fisik gw mang nggak bagus apalagi buat jadi model..haha jauh bener uy
    tapi untunglah teman-teman NYATA masih bisa nerima gw yang kaya gini. yaa tiap orang punya kekurangan masing-masing kan yak...

    jadi nggak perlu tu yang namanya temen khayalan....

    tapi seinget gw,
    waktu kecil gw pernah ngomong sendiri (sering banget malah!)

    jadi gw selalu berpikir di situasi dan kondisi tertentu nah terus di pikiran gw itu ada orang lain untuk diajak ngomong.
    nah, jadilah gw ngomong sendiri.

    haha aneh ga ya???
    teuing ah...

    ReplyDelete

Post a Comment

thank you for reading and feel free to comment :)

Popular posts from this blog

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m...

El Orfanato

Category: Movies Genre: Horror you can not forget your childhood. terlebih bila masa kanak-kanak itu dihabiskan teman-teman sebaya. meskipun tidak punya ayah ibu, tetap saja senang bermain dengan teman. itulah yang terjadi pada Laura (Belén Rueda) yang membeli panti asuhan tempat dulu dirinya tinggal sebelum diadopsi. bersama suaminya, Carlos (Fernando Cayo), dan anak adopsi mereka, Simon (Roger Princep), Laura menempati rumah barunya. Ia dan suaminya berniat mengasuh beberapa anak handicap di rumah tersebut (teman-teman panti asuhan Laura dulu handicap juga). namun, masalah muncul saat Simon memiliki teman khayalan. awalnya Laura dan Carlos tidak terusik, tetapi lama kelamaan kelakuan Simon membuat kedua orang tuanya gusar. hingga suatu hari Simon menghilang tanpa jejak. satu hal yang diingat Laura sebelum kehilangan anak semata wayangnya adalah Simon ingin bermain ke rumah Thomas, la casita de Thomas. yang menjadi masalah adalah apakah Thomas nyata atau tidak. semua usaha telah ...

lethologica

Lethologica: is psychological disorder that inhibits an individual’s ability to articulate his or her thoughts temporarily forgetting key words, phrases or names in conversation. Sekali saya tuliskan pembuka yang sama seperti di atas beberapa tahun lalu. Masa itu, saya menuliskannya sebagai pembuka ulasan album baru band kesukaan saya, Letto. Kali ini, tidak ada sama sekali hubungan dengan pemusik asal Yogyakarta itu.  Bukan sekali, dua kali, tetapi berkali-kali saya tidak bisa bertutur. Aneh. Sementara kepala saya sudah sangat berisik dengan ungkapan, ide, umpatan, serta sanjungan. Namun, tak satupun yang terungkap. Semuanya tersimpan di tempurung kepala. Tidak pernah keluar. Saya tahu apa semua pikiran serta alasan yang ada hilir-mudik di kepala. Teman-teman menyuruh saya untuk merangkai kata, kalimat, paragraf, hingga menjadi tulisan utuh sebagai pelampiasan pikiran. Tidak mudah. Belum ada satupun tulisan, alinea, kalimat, dan kata yang tercipta. Bicarakan! kata...