Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

hubungan intim

Dulu nyokap selalu bilang kalau punya temen jangan pilih-pilih. Bergaul dengan siapa saja boleh asalkan hati-hati. Tetapi, kan, bukan hal aneh kalau ternyata ujung-ujungnya kita jadi malah berkelompok dan memilih si A dibanding si B sebagai teman dekat karena ada kesamaan kesukaan atau "rasa"nya lebih enak. Waktu SMA dulu saya memang dekat sama beberapa orang saja. Mereka jadi tempat pelarian untuk berkeluh kesah. Bercerita ke orang lain belum tentu enak dan nyamam dibanding ke mereka. It is just like a circle between three of us. It is just me and them, though we still hang out with the other friends. And everyone knows it. Semasa kuliah juga seperti itu. Kami masih bergaul dengan yang lain, tetapi kelompok itu hanya berisi orang-orang tertentu. Bukan bermaksud eksklusif, tapi hanya dengan orang-orang inti ini saya merasa bebas mau apa juga. Intim, kalau menurut saya. Entah yang lain merasakan hal yang serupa atau tidak. Tetapi saya merasa spesial kalau berada di lingk...

nomaden seperti masa lalu

Serunya bepergian ngeteng adalah kita tidak akan tahu siapa yang akan duduk di samping kita dan cerita apa yang akan dibagikan untuk kita. Salah satu kejutan dari perjalanan saya adalah pertemuan dengan Pablo (nanti saya ceritakan lebih lanjut tentang pria Perancis ini di tulisan terpisah). Pablo menyebut dirinya backpacker on wheel . Kemanapun dia pergi dia butuh sepeda atau papan luncur. Menarik. Ia berbagi cerita tentang perjalanannya. Kebiasaan saya adalah menanyakan apakah dia membuat catatan tentang perjalanannya. Pablo mengangguk dituliskannya www.m.piem.org di dalam memo ponsel saya. Saya baru bisa membuka-buka laman blog Pablo setelah sampai rumah. Menarik sekali membaca tulisan-tulisan dia, foto-fotonya pun sedap dilihat. Dalam satu tulisannya, Pablo bercerita tentang pertemuannya dengan sepasang pengelana bersepeda. Ternyata mereka tidak pergi berdua, tetapi membawa serta dua anaknya yang masih balita. Iya saudara-saudara mereka membawa anaknya keliling dunia. ...

atas nama uang

Satu halaman situs membuat saya kalut, kemarin. Halaman tersebut menampilkan sejumlah foto jepretan pewarta foto media internasional yang merekam kegiatan prostitusi (ada kata lain enggak sih? Saya enggak sanggup nulisnya). Lihat fotonya di sini Di sebuah kota miskin di Kandapara, Bangladesh. Perempuan-perempuan yang kalau berdasarkan hukum perkawinan Indonesia belum boleh menikah ini sudah paham bagaimana bersolek untuk menarik perhatian mereka yang sedang birahi tinggi. Berdasarkan penjelasan foto, mereka baru berusia 14, 15, 16, dan 17. Masih hijau. Tapi jangan salah meskipun nampak seperti baru beberapa bulan mendapatkan menstruasi pertamanya, dalam sehari remaja-remaja itu bisa melayani 15-20 pria. (Oh...saya butuh oksigen tambahan!). Dengan intensitas hubungan semacam itu, wajar kalau mereka bisa bobol hamil. Si usia 16 ternyata sudah punya anak berumur 4 (gilaaaa...berarti dia hamil sekitar umur 11. Tuhan!). Di foto lain, ternyata si umur 17 membawa anaknya yang baru b...

Vietnam: Jebakan

Menyambangi tempat yang benar-benar asing memberikan kita kesempatan untuk menjadi new baby born . Setidaknya hal itu yang saya rasakan. Segala hal remeh-temeh yang saya lihat sepanjang perjalanan membuat saya excited setengah mati. Saya sempat tersenyum lebar melihat irisan cabai yang disajikan dengan pho. Tidak terlalu aneh sebenernya sebab di rumah sering sekali saya potong-potong cengek yang kemudian dicampur dengan kecap manis dan asin. Cerita lain, saya terpingkal-pingkal waktu melihat penunjuk jalan bertuliskan ‘Pasteur’, serasa di Bandung. katanya, meskipun padat tingkat kecelakaan motor di HCMC rendah Inti dari perjalanan dari kali ini memang membiarkan saya diterpa sesuatu hal baru, sengaja membangkitkan rasa todler-like-curiousity . Tetapi, ada satu hal yang enggak  mau saya coba di HCMC, mengendarai motor dengan helm catok. BIG NO WAY!   HCMC sepertinya memang rumah bagi para pengendara motor. Kalau mau dipukul rata jumlah motor di HCMC mungk...