Skip to main content

Indonesia tidak ada apa-apanya

Seseorang pernah berpendapat "Sepertinya negara-negara di Asia Tenggara iri dengan Singapura." Entahlah apa maksudnya, mungkin berdasarkan pengamatannya Indonesia, termasuk bagian dari Asia Tenggara, cukup tertinggal dengan negara mungil yang ultra modern, rapi, disiplin, dan bersih itu.

Tentu saja saya tidak bisa terima, berbusa-busa menyebutkan keunggulan Indonesia dibanding negeri seberang tersebut. Disebutnya saya Indonesia-sentris. Apa iya? mungkin juga. Lah seumur hidup saya hanya tinggal di Indonesia, belum pernah intip-intip atau memahami lebih dalam negeri lain.

Tapi setelah dipikir-pikir mungkin dia ada benarnya juga. Apalah yang bisa dibanggakan dari tanah kelahiran saya, lihat saja sampah tersebar dimana-mana, tidak teratur, kerap melanggar aturan, korupsi, dan tidak banyak di antara kami yang mahir berbahasa Inggris.

Saya pernah ke Singapura, hanya sebentar dan itu pun urusan pekerjaan dan mengunjungi teman. Terus terang pada kunjungan pertama saya ke negeri Singa itu, sangat terkesima apalagi untuk urusan transportasi masalnya. Hebat. Pedestriannya sangat lebar, sampai-sampai saya menyesal tidak membawa sepatu lari dan menjajal jalanan sana.

Kekaguman saya diikuti perasaan ngeri. Saya merasa tidak bebas. Supir taksi yang mengantar saya saat itu bilang, di sini tidak bisa langgar aturan. Walau tidak ada polisi tetapi kamera pemantau ada di mana-mana, salah sedikit surat teguran akan sampai langsung di rumah. Waaah,,saya merinding, seakan menjadi bagian dari "Truman Show". Saya membayangkan ada satu tempat di Singapura yang isinya puluhan, ratusan, atau bisa jadi ribuan monitor yang tersambung dengan kamera pengintai di setiap sudut Singapura.

Seorang kenalan pernah mengatakan kalau saya mau ke Singapura jangan lupa kontak dia. Saya langsung tolak. Saya tidak merasa jadi manusia di negara kamu, itu jawab saya. Gedung-gedung tinggi, taman-taman ciamik, dan sinar matahari di sana entah mengapa terasa terlalu sempurna sampai-sampai saya berpikir kalau semua itu palsu.

Mungkin memang mental berantakan ala orang Indonesia sangat menempel kuat pada diri saya. Apa ya...kalau menurut saya banyak sekali kejutan di negara saya karena saking tidak teraturnya. Dan menurut saya itulah nikmatnya hidup walau ujung-ujungnya bikin kesel. Hahaha...

oke balik lagi untuk urusan betapa majunya Singapura dibanding negara tetangganya. Memang Singapura sangat hebat untuk urusan infrastruktur. Lihat saja bandara mereka. Wah... tidak perlulah dibandingkan Changi International Airport dengan bandara di ibu kota Indonesia, Soekarno-Hatta. Sekali kedip pun akan terpilih pemenangnya, Changi.

Semua fasilitas ada di Changi, pijat gratis, internet gratis, duty free, sampai taman cantik pun ada di dalamnya. Wajar sih banyak fasilitas, soalnya bandara ini sangat sibuk. Banyak penerbangan yang berhenti ataupun transit di sana, termasuk orang-orang Indonesia juga tidak sedikit yang bisa pipis di bandara ini karena pesawat mereka berhenti untuk beberapa waktu di sini.

Wajar dong kalau pemerintah di sana habis-habisan mempercantik bandaranya, kalau tidak nanti pesawat memilih untuk transit di tempat lain. Kalau begitu kacau sudah pemasukan dari pos bandara. Entah berapa banyak investasi yang dikeluarkan pemerintah Singapura untuk bandara itu. Saya berpikir andai saja pemerintah Indonesia mau jor-joran investasi untuk memperbaiki Soekarno-Hatta, saya pasti tidak malu-malu banget. Eh, tapi... bandara di Indonesia bukan cuma Soekarno-Hatta yang ada di Jakarta, setidaknya ada 32 bandara lain yang harus diperhatikan. Indonesia banyak provinsi dan luas saudara. 

Kalau untuk pelayanan, memang Changi itu super sekali. Detil. Kalau telanjang di muka umum hal yang wajar di Asia Tenggara, rasanya meraka akan suruh calon penumpang menanggalkan pakaiannya sebelum masuk negaranya. Semua pelayanannya kelas internasional. Tidak aneh sih, kan, bandara itu hanya untuk penerbangan internasional tidak ada domestik macam di tempat kelahiran saya.

Untuk urusan ekonomi, keandalan negara kecil itu tidak usah dipertanyakan lagi. Saking hebatnya, pangkat negeri itu pun naik menjadi Kota/ Negara Termahal di dunia nomor wahid. Salut. Memang orang-orang sana itu pedagang yang hebat. Bayangkan saja, kegiatan ekonomi mereka itu kebanyakan berdagang banyak komoditas. Hal yang bikin mereka hebat itu mereka mampu berdagang padahal enggak punya apa-apa yang bisa dijual.

Dagangan mereka juga tidak sembarangan, seperti kayu, batubara, kedelai, dan masih banyak lagi. Darimana komoditas itu? ya mereka dapat dari negara tetangga-nya. Pernah seorang CEO operator pelabuhan Singapura bilang, negara-negara Asia Tenggara harus bersatu agar pereknomian sama-sama naik. 

Pernyataan itu diutarakan pada 2013, negara-negara berkembang di Asia Tenggara memang sedang cantik saat itu dan menarik banyak pemodal untuk masuk dan menawarkan dagangan. Nah untuk urusan jual-menjual ini, Indonesia jadi target utama. Bayangkan, penduduknya saja sampai 240 juta dan sangat rakus, bagaimana tidak 60% dari pergerakan ekonomi Indonesia gara-gara penduduknya jajan terus. Lempar saja banyak produk impor ke Indonesia pasti akan laku keras. Untung besar bagi para pedagang. 

Tidak hanya pedagang, si operator pelabuhan pun akan ketiban untung. Dikarenakan pelabuhan Indonesia tidak bisa menerima kapal berukuran besar yang membawa barang-barang impor ada baiknya kapal tersebut mampir dulu ke pelabuhan di Singapura kemudian barang-barang tersebut dialihkan ke kapal berukuran lebih kecil sehingga bisa masuk Indonesia. Ciamik sekali perhitungannya. Memang mesti banyak belajar dari Singapura untuk urusan memperbaiki pelabuhan dalam negeri.

Tetapi, kalau pelabuhan Indonesia bagus industri pelabuhan Singapura goyang dong? Sang CEO paham benar masalah itu, makanya ia menawarkan diri untuk bekerja sama dengan operator pelabuhan di Indonesia untuk bersama-sama mengelola pelabuhan dengan expertise yang mereka punya. Urusan investasi macam itu mah Singapura memang jagonya, salah satu BUMN mereka jeli sekali melihat peluang di Indonesia. Banyak industri strategis Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh si BUMN Singapura.

Beberapa kali sih Indonesia mau ikuti langkah BUMN negeri tetangga itu. Tetapi sayang banyak mentoknya. Aturan di negara itu sungguh-sungguh menyulitkan untuk perusahaan Indonesia investasi di sana. Saya terkadang sampai bosan dengar perusahaan Indonesia yang selalu berwacana investasi di Singapura. Selalu saja nihil. Kalau begini memang sudah sepantasnya Indonesia iri, uang kita lari keluar, Bung! Kan, kita yang kerja mereka yang nikmat kipas-kipas uang.

Dalam satu berita yang saya baca beberapa waktu lalu, seorang petinggi di kalangan otoritas Singapura jelas-jelas bilang negerinya sangat bergantung pada Indonesia. "Kalau Indonesia untung sekali kami dua kali untung, sebaliknya pun demikian, indonesia rugi kami akan lebih rugi." 

Ah...perasaan saya dipermainkan. Bagaimanalah rasanya iri pada negara yang justru mendapatkan nikmat dari negara lain.

Saya berusaha untuk mendamaikan perasaan. Kalau mau bicara urusan kedisiplinan dan keteraturan mungkin memang seharusnya kita iri pada Singapura. Tapi, kalau dituduh iri secara general saya tidak terima.

Meskipun "tertinggal" Indonesia itu alami. Setuju, kan? keindahan alamnya itu asli, enggak buatan. Gunung, laut, danau, padang pasir, pantai, salju, hutan, semuanya buatan Tuhan, bukan artifisial. Tanahnya pun asli bukan hasil reklamasi.

Mau minum? ya tinggal ambil dari sungai sendiri tidak minta kiriman dari negara lain. Makanan pun ditanam sendiri (rasio impor bahan makanan rasanya lebih rendah dibanding Singapura). 

Biarlah kalau dibilang iri. Bebaskanlah kalau teman saya itu berpendapat demikian, mungkin dia memang suka tempat yang modern. Tidak apalah hidup di dunia ketiga, setidaknya di tanah kelahiran saya merasa menjadi manusia bebas. 

Comments

  1. tumben sista, postingannya panjang. hehehe. btw, poin2nya manteps, apalagi demen ama kalimat di baris terakhir :)

    ReplyDelete
  2. Emang bukan buat pembenaran juga sih, tapi setidaknya ada benernya alasan ini: negara Singapura lebih kecil daripada Indonesia. Ngurusnya jadi sedikit lebih mudah daripada ngurus Indonesia yang luasnya amit-amit. Jadi, ngebandingin antara Indonesia sama Singapura itu pada dasarnya emang ga sebanding, kalau kata saya. Dan--melenceng dari topik--dari sisi sejarah, sebenernya kita punya keunggulan: dari sekian banyak pulau dan wilayah administratif, kita berhasil mempertahankannya untuk terus bersatu; ga ngebuat negara ini pada akhirnya hancur lebur karena terpisah-pisah. Meskipun saat itu Indonesia masih sangat-sangat muda pas bersatu.Tengok aja pemberontakan DI/TII (1949-1962) , PRRI/Permesta (1956-1961), sampai polemik G 30 September. Semua pemberontakan itu kritis buat Indonesia, tapi sampai saat ini Indonesia masih belum hancur lebur. Kita punya founding father yang hebat-hebat, dan mudah-mudahan kehebatannya bisa tertular sampai generasi sekarang :)

    ReplyDelete
  3. Macinung: lagi emosi jadinya begitu Mas. Hahahaha...

    Abo: iya, kalo dibandingin macem apel sama jeruk. Setuju soal founding fathers kita. Btw, presiden pertama Singapura ada keturunan Minang-nya, loh. Hihi...

    ReplyDelete

Post a Comment

thank you for reading and feel free to comment :)

Popular posts from this blog

Who Am I?

I am becoming the person I hate the most. How I wish to have a peacefull mind but don,t work. Spend too much time with virtual world drown me into misery.

Di Puncak Tangga

Tik..tok..tik..tok... Enggak berasa nih kawan, dah hampir kelar semester tujuh. Semester delapan tinggal beberapa waktu lagi masuk ke dalam kehidupan kita. Dapat dipastikan dengan masuknya semester delapan kita makin sibuk dengan urusan masing-masing. Yang kecil pasti sibuk dengan urusan job tre-nya. Yang cowok pun sepertinya demikian. Yang jilbab gw kurang ngerti neh dia sibuk job tre, kuliah, atau keduanya. Sedangkan jilbab yang lain pasti sibuk dengan organisasinya dan dibantu oleh si pasangan hidupnya. Teman sejawatnya. Sedangkan yang gingsul, rambut panjang, rambut pendek kaca mata, dan gw pasti sibuk dengan kuliah dan job tre. Kalau gw sih ada tambahannya, yaitu bersenang-senang. Hehehe...aku akan menikmati semester besok yang tidak banyak kuliah. Yihaa....setidaknya dengan sedikit kuliah gw bisa mengerjakan sesuatu yang gw dah dari dulu pengen dilakuin. Asik..asik... Tetapi yang jadi masalah gw mesti bersenang-senang sama siapa. Toh, lo semua aja mungkin sibuk dan entah ada di m

veinti ocho

Another number to add. This time I kinda relax to face it. No excited feelings, nor ignore the date. It came all natural. Just want to take a moment of silent for meself. Some big steps in life I've already taken before this number came. I am now, living mylife as an expats, a little wish I whispered ages ago. I left family back home, so it let me feel homesick of being around them. The bold note for this time is I am in the country I have longed since years ago, India. One time I told myself to add the number in India. And, here I am. How wonderful life is. Especially when the love one is there next to me. I want a memento, a present for me. I will have it later and keep you updated. Namaste.